BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
kesehatan ibu saat ini, merupakan suatu tantangan yang cukup besar di Indonesia.
Tingginya angka kesakitan ibu tidak terlepas dari beberapa faktor diantaranya
diagnosa karena tanda-tanda dan gejala
yang masih banyak kurang dipahami / kurang diketahui, kurangnya pengetahuan
ibu, pencegahan jarang disosialisasikan dan penanganannya yang terlambat /
fasilitas yang kurang. Salah satu penyebab angka kesakitan ibu adalah, adanya
penyakit dan kelainan tidak langsung yang menyertai kehamilan, yaitu, myoma
uteri.
Insiden
myoma yang mempersulit kehamilan adalah 1 dalam 200, tetapi kebanyakan myoma
tersebut kecil dan tidak menimbulkan masalah. Komplikasi yang terjadi
tergantung pada jumlah, ukuran, dan posisi myoma di dalam uterus. Dengan adanya
neoplasma jinak yang paling umum pada fraktus genitalia ini akan saling
berkaitan, dengan kehamilan dan persalinan. Dimana kehamilan dan persalinan
berpengaruh pada mioma uteri dan mioma uteri mempengaruhui kehamilan dan
persalinan. Oleh karena itu, kehamilan pada myoma uteri memerlukan pengamatan
yang cermat.
Selain
itu penyebab dari myoma uteri itu sendiri belum jelas kebenarannya. Berdasarkan
basil penelitian semua hasilnya masih sebatas perkiraan-perkiraan saja. Yang
pasti myoma uteri merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit yang menjadi
momok tersendiri bagi kaum wanita.
Oleh
sebab itu, karni membuat makalah mengenai myoma uteri yang diambil, dari
beberapa pustaka bersama kesimpulan dari beberapa pustaka tersebut disertai
ASKEB sebagai asuhan pada penderita Myoma Uteri.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Meningkatkan
pengetahuan mahasiswa Prodi Kebidanan Jember mengenai penyakit dan kelainan
tidak langsung yang menyertai kehamilan
1.2.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasisma mampu mendeteksi secara dini terhadap adanya mioma
uteri pada kehamilan.
2.
Mahasiswa mampu memahami tentang pengaruh kehamilan dan
pasalinan pada mioma uteri dan pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan
3.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan mioma uteri sesuai dengan kewenangan bidan.
4.
Mahasiswa mampu melakukan kolaborasi dengan, dokter untuk
penanganan lebih lanjut hamil dengan mioma.
1.3
Ruang Lingkup
Adapun ruang
lingkup
1.
Definisi mioma uteri
2.
Klasifikasi mioma uteri
3.
Patologi mioma uteri
4.
Etiologi mioma uteri
5.
Gejala / tanda mioma uteri
6.
Diagnosis mioma uteri
7.
Komplikasi mioma uteri
8.
Penatalaksanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Mioma Uteri
Mioma uteri
adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga
dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid (FKUI, 2001
: 387)
Mioma Uteri
(Fibromtoma, Fibroid)
Mioma merupakan
tumor yang paling umum pada traktus genitalia. Mioma terdiri atas
serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat, dan dikelilingi kapsul yang tipis
(Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi, 2001 : 263)
Miometrium
Neoplasma jinak ini
berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang rnenumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibrbmioma, leiomioma, atau pun fibroid.
Berdasarkan
otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma,
pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira
10% mioma uteri yang masih dapat turnbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan
2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosastro, Hanafi,
2005 : 338)
Fibroid = fibro myoma
Myoma uteri yaitu
pertumbuhan sel miometrium yang immature. Penyakit ini timbul dan tumbuh secara
perlahan. Bila banyak mengandung sel otot maka konsistensinya lunak, sedangkan
bila mengandung banyak jaringan ikat (fibroid ) maka konsistensinya kenyal.
Leimyomata
(Fibroid)
Tumor jinak
tersebut berasal dari dinding otot uterus. Ukuran bervariasi, dari sangat kecil
sampai sangat besar yang mengisi pelvik dan abdomen, dapat tunggal atau
multipel. Fibroid adalah tumor yang paling umum terdapat pada wanita, mengenai
lebih 20 % dari wanita. Lebih umum terdapat pada orang Negro. Walupun
tumor-tumor tersebut sering tanpa gejala tetapi dapat mengalami komplikasi yang
menyebabkan pasien dalam keadaan darurat (Hakimi, 1993 : 41).
Myoma uteri
adalah tumor jinak dari otot-otot rahim (FK UNPAD, 1984 : 134).
Miorna uteri
merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat
dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot
rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua, mioma
uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita
mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat
pemeriksaan (Manuaba, Iada bagus gde, 1998 : 409 – 410)
Leiomiowa
Tumor uterus
jinak tak berkapsul, berbatas tegas
Otot polos dengan
beberapa elemen jaringan penyambung fibrosa (Scott, James R, dkk, 2002 : 484)
Mioma Uteri adalah
tumor jinak otot rahim disertai jaringan ikatnya sehingga dalam bentuk padat
karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot rahimnya dominan)
http//www.blogdokter.net/2007/07/04.mioma
uteri
Mioma uteri atau
fibroid uterus adalah pertumbuhan jaringan jinak dalam uterus
(http://www.wartamerdeka.com)
Kesimpulan
Definisi
MIOMA UTERI atau
yang disebut juga leiomioma, fibromioma dan fibroid adalah neoplasma, jinak
yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat, sehingga bila banyak
mengandung cell otot maka konsistensinta lunak, sedangkan bila mengandung
banyak jaringan ikat (fibroid) maka konsistensinya kenyal, dengan ukuran
bervariasi dari sangat kecil sampai sangat besar yang mengisi pelvik dan
abdomen dapat tunggal atau multiple.
II. ETIOLOGI
Pada dasarkan
penyebab myoma uteri ini sebelumnya diketahui secara pasti dan belum jelas. Namur dari perkiraan
sementara, penyebabnya yaitu adanya sel-sel otot miometrium yang belum matang
(immature). Perkiraan lainnya yaitu ada hubungannya dengan pengaruh estrogen.
Dimana, terjadinya tumor yaitu mulai dari adanya, benih-benih multiple yang
sangat kecil dan tersebar di miometrium. Benih-benih ini tumbuh sangat lambat
tetapi progresif dibawah pengaruh estrogen, dan jika tidak terdeteksi dini maka
akan membentuk tumor yang berat. Dan setelah menopause, ketika estrogen tidak
lagi diskresi dalam, jumlah yang banyak, myoma cenderung mengalami otrofi.
III. KLASIFIKASI
1.
Pengaruh Kehamilan dan Persalinan pada, Mioma Uteri
·
Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya
kadar estrogen sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma.
·
Degenerasi merah dan degenerasi karnosa
·
Terjadinya torsi dengan tanda dan gejala sindrom abdomen
akut.
·
Infeksi dan necrosa dari myoma
2.
Pengaruh Mioma pada Kehamilan dan Persalinan
·
Subfertil sampai infertil
Pada umumnya
wanita yang menderita myoma uteri ini akan menjadi infertil. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena :
-
Hambatan pada jalannya telur
-
Gangguan ovulasi karena kadar estrogen yang tinggi
-
Gangguan implantasi
·
Abortus
Dapat menyebabkan abortus karena:
-
Gangguan nutrisi
-
Gangguan vaskularisasi placenta
-
Penekanan oleh myoma yang dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan menyebabkan late abortion (partus immaturus)
·
Kelainan letak janin dalam rahim (malpersentasi)
·
Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir
·
Iersia uteri pada kala I dan kala II
·
Atonia uteri
·
Kelainan letak plasenta
·
Plasenta sukar lepas
·
Menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada servik
uteri
·
Perdarahan pasca persalinan karena adanya gangguan mekanik
dalam fungsi miometrium
·
Mengganggu involusi dalam masa nifas
·
Menyebabkan placenta previa dan placenta accreta
·
Prematuritas (karena kapasitas uterus menurun)
·
Intrauterine fetal death
IV. PATOLOGI
Tumor ini hampir selalu berasal dari miometrium dan dapat tumbuh ke
berbagai arah.
Menurut letaknya,
mioma terdiri dari:
1.
Mioma Submukosum.
Tumbuh tepat di
bawah endometrium hingga ke dalam rongga uterus. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan pada pola menstruasi. Mioma jenis ini sering mempunyai tangkai yang
panjang sehingga menonjol melalui cervix dan vagina atau disebut myomageburt.
2.
Mioma Interstisial atau Intramural
Merupakan jenis
yang sering terdapat di dalam dinding uterus diantara serabut miometrium. Jika
besar atau multiple, dapat menyebabkan pembesaran uterus dengan berbenjol-benjol.
3.
Mioma Subserosum
Tumbuh keluar
dinding uterus dan letaknya di bawah tunika serosa. Kadang vena yang ada di permukaan
pecah dan menyebabkan perdarahan intraabdominal. Dapat bertangkai atau melayang
dalam ovum abdomen. Myoma sabserosa yang bertangkai dapat mengalami torsi.
4.
Mioma Intraligamenter
Tumbuh keluar ke
dalam ruang diantara ligamentum latum yang dapat menekan ureter dan A. Iliaca.
5.
Mioma Servikal
Jarang dijumpai.
Merupakan fibroid tungkai dan menyebabkan distorsi serviks yang sering disertai disminorhoe. Jika
terlalu besar dapat menekan kandung kemih dan rectum. Jika pasien hamil akan
terjadi kesulitan dalam persalinan.
6.
Mioma Leiomyomatosis
Tejadi karena
penyebaran tumor melalui pembuluh darah setelah, menyerang saluran vaskuler.
Perubahan
sekunder pada myoma, uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya
aliran darah ke myoma uteri. Perubahan sekunder tersebut meliputi :
1.
Atrofi
Sesudah menopause
atau hamil mioma uteri akan menjadi
kecil.
2.
Degnerasi Hialin
Perubahan ini
sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor akan kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil,seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3.
Degenarsi kistik
Dapat meliputi
daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga
terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar. Dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak
ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4.
Degenarasi membatu (Calcireous degeneration)
Terjadi pada
wanita usia lanjut oleh adanya gangguan dalam sirkulasi. Karena adanya
pengedapan pada sarang mioma oleh garam kapur sehingga mioma menjadi keras.
5.
Degenarasi merah (corneuus degeneration)
Perubahan ini
biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena
suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat
dilihat mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada
kehamilan muda disertai emesis, haul, sedikit demam, kesakitan, tumor pada
uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penarnpilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
6.
Degenarasi lemak
Jarang terjadi dan merupakan kelanjutan dari degenerasi
hialin
V. GEJALA DAN TANDA
Ø Gejala Primer
·
Perdarahan abnormal, karena meluasnya permukaan endometrium
dalam proses menstruasi dan adanya gangguan kontraksi otot rahim. Perdarahan
abnormal tersebut antara lain : menoragia dan metroragia
·
Nyeri abdomen
·
Gejala dan tanda penekanan, dimana akibat adanya penekanan
oleh rahim yang membesar dapat
terjadi
-
Penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan pollari
-
Penenakan pada uretra dapat menyebabkan rotensia urine
-
Penekanan pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis
-
Penekanan pads rectum dapat menyebabkan obstipasi
·
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yaitu abortus
spontan
·
Nyeri pada pinggul yang menyebabkan gangguan pada saat berhubungan seksual (coitus)
·
Tanda fisik
-
Dengan adanya massa
pada abdomen sangat teraba jelas
-
Pembesaran uterus dengan pergeseran abdominal,
Ø Gejala Sekunder
·
Anemia, karena perdarahan yang banyak
·
Lemah
·
Pusing
·
Sesak nafas
VI. DIAGNOSA
Penderita datang
biasanya dengan keluhan ada benjolan di perut bagian bawah rasa berat,
perdarahan abnormal, retensio urin dan lain-lain.
Diagnosa myoma
uteri oleh bidan secara sederhana dengan memperhatikan gejala klinik yaitu
terdapat perdarahan menstruasi yang tidak normal, terdapat gangguan miksi atau
buang air besar dan terasa, nyeri terutama saat menstruasi.
Pemeriksaan
bimanual didapat tumor padat uterus yang sering teraba berbenjol atau
bertangkai, yang urnumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping.
Mioma subsrosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma
intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luga yang di tegakkan dengan pemeriksaan uterus sande. Mioma submukosum
kadang dapat teraba benjolan pada permukaan kovum uteri. Pemeriksaan
abdomen dan vagina mungkin menunjukkan uterus yang menonjol atau, pembesaran uterus yang licin.
Kalau servik digerakkan, seluruh massa
yang padat bergerak.
Untuk
membamtu menegakkan dugaan klinis atau diagnosis yaitu dengan
·
Pemeriksaan bimanual kecuali pada, pasien yang gemuk
·
USG abdominal dan transuaginal
·
Pemeriksaan ultrasound pelvic
·
Pemeriksaan uterus sonde
DIAGNOSA
BANDING
·
Mioma subserosum dengan kehamilan
·
Mioma submukosum dengan inertia uteri
·
Mioma - intramural dengan adenomiosis, khoriokarnasinoma,
karsinoma korpus uteri, sarcoma uteri
·
Kanker servik dan endometrium
·
Tumor ovarium
VII KOMPLIKASI
a.
Degenerasi ganas
Keganasan baru
ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Curiga akan
keganasan apabila myoma uteri dapat membesar dan terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menopause.
b.
Torsi / putaran tungkai
Torsi terdapat
pada myonia uteri yang bertangkai. Torsi juga dapat menimbulkan nekrosis
sindroma abdomen akut. jJika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan di mana terdapat
banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang
mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena, gangguan yang sirkulasi darah, padanya. Misalnya
terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia
disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus
sendiri
VIII. PENANGANAN
Beberapa
tindakan yang dapat ditempuh jika terdapat mioma uteri yaitu :
·
Pemeriksaan secara berkala untuk melihat perkembangan mioma
uteri.
·
Pemberian obat-obatan antara lain gonadotropin-realising
hormone (GnRH) agonist, androgen, kontrasepsi oral atau progestin, clan NSAIDs.
·
Histerektomi, yaitu operasi pengangkatan uterus.
·
Miomektomi, yaitu operasi untuk mengangkat mioma, ada tiga
macam yaitu miomektomi abdominal, miomektomi laparoskopi, clan miomektomi
histeroskopi.
·
Embolisasi arteri uterus, yaitu suntikan untuk menghentikan
suplai darah ke jaringan mioma, sehingga mioma mengecil.
·
Pembedahan ultrasonik terfokus.)
PENATALAKSANAAN
1.
Konservatif dengan pemeriksaaan periodik
Tidak semua mioma
uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan
suatu pengobatan dalam bentuk apapun terutama apabila, mioma itu masih kecil
dan tidak menimbulkan keluhan. Walaupun
demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6 bulan. Dalam menopause
dapat terhenti pertumbuhannya atau mengecil. Apabila mioma besarnya sebesar
kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya
dioperasi, walaupun tidak ada keluhan. Dalam decade terakhir ada usaha mengobati
mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Pemberian GnHRa (buseriline acetate)
selama 16 minggu pada mioma uteri rnenghasil degenerasi hialin di miometrium
hingga uterus, menjadi lebih kecil. Akan tetapi bila dihentikan dapat tumbuh
kembali di bawah pengaruh estrogen karena mioma itu masih mengandung reseptor
estrogen dalam konsentrasi tinggi.
2.
Radioterapi
-
Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi
-
Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
-
Bukan jenis submucosa
-
Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum
-
Tidak dilakukan pada wanita muda (dapat menyebabkan
menopause)
Jenis radioterapi
-
Radium dalam cavum uteri,
-
X – trai pada ovum (castrasi)
-
Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan
apabila tidak ada keganasan pada uterus.
3.
Myomektomi
Adalah
pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus sehingga pasien masih bisa hamil.
Jika menyebabkan
infertilitas dikerjakan myomektomi sebelum kehamilan. Boleh dikerjakan pada
kehamilan bila tenyata terpaksa yaitu karena menyebabkan komplikasi
Kerugian
-
Melemahkan dinding uterus – rupture uteri pada waktu hamil
-
Menyebabkan perlekatan
-
Residif
4.
Hyterektomi
Hysterektomi
yaitu operasi pengangkatan uterus. Dapat dilaksanakan per abdomen atau
pervaginam Dilakukan pada :
-
Myoma yang besar
-
Multipel
Pada wanita muda
sebaiknya ditinggalkan 1 atau kedua ovarium maksudnya :
-
Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
-
Menjaga gangguan coronair atau aeroteroselerosis umum.
Indikasinya
:
-
Anak sudah cukup
-
Anak sudah tua
-
Ada keluhan penekanan
yaitu : retensi urine, penekanan saraf
IX. PATOFISIOLOGI
Sel-sel otot rahim yang belum
matur
|
|||||||||
Reseptor estrogen berlebihan
|
|||||||||
Hiperplasia dan hipertrofi
|
|||||||||
Benjolan abdomen
|
|||||||||
Gejala penekanan
|
|||||||||
Uretra
|
Distensi pada
uterus
|
Vena kava
inverior
|
Pars interstisialis tuba
|
Rectum
|
Kandung kemih
|
Penekananpd
serviks
|
Penekanapd
dinding rahim
|
||
Retensio urin
|
Abortus
|
Gangguan sirkulasi
|
infertilitas
|
Konstipasi
|
Poliuri disuri polaakisuri
|
Menghalangi jalan lahir
|
Gangguan mekanik
fungsi miometrium
|
||
Edema
|
|||||||||
Atonia
uterus
|
Plasenta sulit lepas
|
||||||||
Perdarahan pasca persalinan
|
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.
Mioma uteri atau disebut liomioma, fibromioma dan fibroid
adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat dengan
ukuran bervariasi.
2.
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri : Menurut,
hasil pemantauan ultrasonografik kemungkinan akurat pertumbuhan mioma tidak
dapat dibuat, meningkatnya vaskularisasi dan estrogen menyebabkan pembesaran
dan pelunakan mioma, mengalami degradasi, terjadi torosi dan infeksi.
3.
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan : subfertil –
fertile, abortus, kelainan letak janin, distorsi tumor, insersia uteri kala I
dan II, anatonia uteri dan lain-lain.
4.
Menurut letaknya, mioma terdiri dari : submukosum,
interstisila, subserosum, intaligamenter, servikal, leiomyoma tosis.
Perubahan
sekunder meliputi : atrofi, degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi
membatu, degenerasi merah, degenerasi lemak.
5.
Gejala primer : perdarahan abnormal, nyeri abdomen, gejala
dan tanda penekanan, abortus spontan,
nyeri panggul. Gejala Sekunder : anemia, lemah, pusing, sesak nafas.
6.
Untuk membantu mengegakkan dugaan klinis . yaitu dengan :
pemeriksaan bimanual, USG abdominal klinis dan transvaginal, pemeriksaan
ultrasound pelvic, dan uterus sonde.
7.
Komplikasi myoma uteri degenerasi ganas, torsi.
8.
Penatalaksanaan : Konservatif, radioterapi, myomektomi,
hysterektomi.
1.2. Saran
1.
Diharapkan pembaca dan mahasiswa prodi kebidanan Jember dapat
belajar mengambil keputusan yang tepat (dalam hal ini rujukan) sehingga tidak
terlambat untuk tindakan selanjutnya.
2.
Diharapkan pembaca dan mahasiswa dapat menyesuaikan praktek
di lapangan dengan teori yang ads sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang tepat khususnya untuk penanganan Ibu hamil dengan mioma uteri.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU P………DENGAN MYOMA UTERI
Tempat Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tanggal Pengkajian :
Pangkaji :
I.
PENGKAJIAN
A.
Data Subyektif
1.
Biodata
Umur:
·
Pada wanita usia reproduksi
·
Wanita berumur 25 tahun(mempunyai sarang myoma yang beresiko
untuk tumbuh)
·
Wanita umur 35-45 tahun
2.
Keluhan Utama
·
Ibu mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah
·
Ibu mengeluh rasa berat
·
Ibu mengalami perdarahan abnormal
·
Ibu merasa nyeri
·
Ibu mengalami poliuri, retensio urine, disuaria, sering
kencing
·
Ibu mengalami konstipasi sampai obstipasi
·
Ibu mengeluh nyeri panggul
·
Ibu mengalami edema tungkai
·
Ibu mengeluh kesulitan melakukan hubungan seksual
3.
Riwayat Kehamilan Sekarang
-
4.
Riwayat Kesehatan Sekarang
·
Ibu mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah
·
Ibu mengeluh rasa berat
·
Ibu mengalami perdarahan abnormal
·
Ibu merasa nyeri
·
Ibu mengalami poliuri, retensio urine, disuria, sering
kencing
·
Ibu mengalami konstipasi sampai obstipasi
·
Ibu mengeluh nyeri panggul
·
Ibu mengalami edema tungkai
·
Ibu mengeluh kesulitan melakukan hubungan seksual karena
nyeri
5.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan
pernah menderita mioma uteri sebelumnya
6.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam
keluarga ada riwayat mioma uteri
7.
Riwayat Menstruasi
·
Ibu dengan perdarahan abnormal (hipermenorea, menoragia,
metroragia)
·
Dismenorhea (+ )
·
HPHT
8.
Riwayat Pernikahan
-
9.
Riwayat Obstetri
Kehamilan
|
Persalinan
|
Anak
|
Nifas
|
|||||||||||
Ke
|
Uk
|
Komp
|
Jenis
|
Penolong
|
Tmpt
|
Komp
|
Sex
|
PB/BB
|
+ / G
|
H M
|
Usia
|
ASI
|
KB
|
Komp
|
(Pada
Ibu nulipara atau yang kurang subur)
10.
Riwayat KB
Ibu menggunakan
atau pernah menggunakan KB hormonal
11.
Pola Kegiatan Sehari-hari
BAB : Konstipasi sampai obstipasi
BAK : Poliuri, anuria, retensio urine, sering
kencing
Istrirahat
:
Terganggu karena. nyeri
Seksual :
Kesulitan melakukan hubungan seksual (nyeri saat coitus)
12.
Riwayat Psikososial, Ekonomi dan Spiritual
Ibu merasa khawatir dan cemas akan keadaannya
B.
Data Obyektif
Keadaan
umum : Cukup
Kesadaran :
compos mentis
TTV :
TD : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
N :
DBN (60 – 100 x menit)
RR :
normal - meningkat
S :
DBN - meningkat bila terjadi infeksi
:
36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C
– 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C
– 37,5C (Depkes)
Pemeriksaan
fisik :
Muka : Pucat ( + )
Mata : Konjungtiva pucat (+) / (+ )
Gilut : Bibir pucat
Abdomen : - Teraba benjolan di perut bagian bawah
- Palpsi Leopold: adanya kelainan letak
janin (malpresentasi)
- Nyeri tekan (+)
Genetali :
Perdarahan ( + )
VT : Teraba tumor pada
abdomen bagian bawah, pergerakan tumor terbatas
Ektremitos
: edema tungkai (+) / (+ )
Pemeriksaan
Penunjang :
·
USG Abdominal dan transvaginal
·
Laparaskopi
·
Pemeriksaan Hb
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Dx : Ibu P…………Dengan Mioma Uteri
Ds :
- Mengeluh ada benjolan diperut bagian bawah
- Mengeluh rasa
berat
- Perdarahan abnormal
- Merasa nyeri
-
Mengalami poliuri, retensio urine, disuria, sering kencing
-
Mengalami konstipasi sampai obstipasi
- Mengeluh nyeri
panggul
- Mengalami edema
tungkai
- Mengeluh
kesulitan melakukan hubungan seksual
Do : Palpasi :
teraba benjolan di perut bagian bawah
Nyeri
tekan (+)
Genetalia : Perdarahan ( + )
VT : Teraba tumor padat pada
abdomen bagian bawah, pergerakan tumor terbatas
III.
ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Syok neurogeik
Anemia
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
·
Infus
·
Kolaborasi
·
Rujuk
V. INTERVENSI
1.
Jelaskan pada, ibu dan keluarga tentang keadaanya.
R/ Ibu dan
keluarga mengerti serta lebih kooperatif
2.
Berikan KIE dan motivasi tentang mioma uteri.
R/
ibu mengerti dan mengurangi kecemasan.
3.
Observasi TTV
R/ Deteksi dini
adanya komplikasi
4.
Beritahu keluarga untuk menyiapkan rujukan misalnya kendaraan
dan uang.
R/ Mencegah 3T : terlambat
mengambil keputusan, terlambat ke tempat rujukan, terlambat dalam penanganan.
5.
Persiapkan alat, surat
rujukan dan obat–obatan untuk persiapan rujukan
R/ Mengantisipasi
masalah yang akan tejadi.
6.
Kolaborasi dengan dokter mengenai tindakan yang akan dilakukan
R/ memberikan
pelayanan yang tepat.
VI. IMPLEMENTASI
-
VII.EVALUASI
S : Ibu mengatakan mengerti atas penjelasan yang
diberikan Oleh bidan
O : Kecemasan Ibu berkurang
Ibu dan
keluarga bersedia melakukan nasehat bidan
A : Ibu P...........dengan Mioma Uteri
P : Lakukan rujukan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal.................
S : ibu mengatakan terdapat
benjolan dan terasa nyeri di perut bagian bawah dan ibu datang atas rujukan
dari bidan
O : TD : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
N : DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S :
DBN - meningkat bila terjadi infeksi
: 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen :
tampak benjolan, teraba massa, batas tidak tegas, tidak rata, padat, imobile,
nyeri tekan (+)
Genetalia : fluksus (-)
A : ibu P....... dengan myoma uteri
P : - Observasi
TTV
-
Pemberian terapi obat-obatan
-
Persiapan pre ops. (histerektomi)
CATATAN
PERKEMBANGAN
Ø Tanggal ..................
S : ibu mengatakan cemas akan keadaannya
O : TD :
DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
N : DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
:
36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen :
tampak benjolan, teraba massa, batas tidak tegas, tidak rata, padat dan keras
Genetalia : fluxus (-)
A : ibu P....... dengan myoma uteri
P : operasi histerektomi jam 09.00
Ø Tanggal ...................
S : ibu mengatakan nyeri pada jahitan dan ibu
sudah kentut
O : K/U :
lemah
TD
: DBN (110-120 / 70-80
mmHg)
N : DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
:
36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen :
terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia : fluxus (-)
A : ibu P................ post histerektomy
a/i myoma uteri
P : terapi post op
Ø Tanggal ........................
S : ibu
mengatakan nyeri pada jahitan dan ibu sudah kentut, belum BAB dan susah
melakukan mobilisasi
O : K/U :
lemah
TD : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
N :
DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S :
DBN - meningkat bila terjadi infeksi
:
36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen :
terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia : fluxus (-)
A : ibu P............post histerektomi
a/i myoma uteri hari ke-2
P : - lanjutkan
terapi post op
Tanggal ..........................................
S : ibu
mengatakan tidak kentut dan belum BAB
O : K/U :
lemah
TD : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
N : DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
:
36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen :
terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia : fluxus (-)
Drain (+) :
100 cc
A : ibu P...................post histerektomi
a/i myoma uteri hari ke-3
P : - lanjutkan
terapi post op
- mobilisasi
Ø Tanggal ...............................
S : -
O : K/U :
cukup
TD : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
N : DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
:
36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen :
terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia : fluxus (-)
A : ibu P.................post histerektomi
a/i myoma uteri hari ke-4
P : - lanjutkan
terapi post op
Ø Tanggal .........................................
S : -
O : K/U :
cukup
TD : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
N : DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
:
36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen :
terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia : fluxus (-), BAB/BAK : +/+
A : ibu P............. post histerektomi
a/i myoma uteri hari ke-5
P : -
Observasi TTV
-
Observasi perdarahan
Ø Tanggal ......................................
S : ibu
mengatakan merasa batuk dan sudah BAB
O : K/U :
sedang
TD : DBN
(110-120 / 70-80 mmHg)
N : DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
:
36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen : terdapat luka operasi tertutup verban,
rembesan darah (-), PUS (-), nyeri (-)
Genetalia : fluxus (-)
A : ibu P.................post histerektomi
a/i myoma uteri hari ke-6
P : - terapi
post op per oral
Ø Tanggal .................................
S : ibu
mengatakan merasa batuk dan sudah BAB
O : K/U
: sedang
TD : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
N :
DBN (60 – 100 x menit)
RR : normal - meningkat
S : DBN - meningkat bila terjadi
infeksi
: 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen
: terdapat luka operasi tertutup
verban, nyeri (-)
Genetalia : fluxus (-)
A : ibu P..............post histerektomi
a/i myoma uteri hari ke-7
P : - terapi
post op per oral
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Genekologi Fakultass Kedokteran Universitas
Padjajaran. 1984. Obstetri Patologi. Bandung
; Elstar Offset.
Cunningham, Macdonald, Gant. 1995. Obstetri
Williams. Edisi 18. Jakarta
: EGC
FKUI 2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta
: Media aesculapius.
Hakimi. 1993. Keadaan Darurat
Genelxlogi Umum. Yogyakarta Yayasan
Essentia Medics.
Hariadi. Diktat Obstetri II. Surabaya : Brats D.
Llewellyn, Derek – Jones. 2001. Dasar-dasar
Obstetri & Genekologi. Edisi 6. Jakarta
: Hipokrates.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Rerencana. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri Jilid I. Jakarta:
EGC.
Scott, James R, dkk. 2002. Obstetri
& Ginekologi. Jakarta
: Widya Medika.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu
Kandungan. Jakarta:
YBP – SP.
http://www.republika.co.id
http://www.wartamedika.com
http://www.stistemada.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
Beri komentar bijak Anda kepada kami...!!!