Selasa, 17 April 2012

Mioma Uteri


BAB I
PENDAHULUAN



1.1         Latar Belakang
Masalah kesehatan ibu saat ini, merupakan suatu tantangan yang cukup besar di Indonesia. Tingginya angka kesakitan ibu tidak terlepas dari beberapa faktor diantaranya diagnosa karena tanda-tanda  dan gejala yang masih banyak kurang dipahami / kurang diketahui, kurangnya pengetahuan ibu, pencegahan jarang disosialisasikan dan penanganannya yang terlambat / fasilitas yang kurang. Salah satu penyebab angka kesakitan ibu adalah, adanya penyakit dan kelainan tidak langsung yang menyertai kehamilan, yaitu, myoma uteri.
Insiden myoma yang mempersulit kehamilan adalah 1 dalam 200, tetapi kebanyakan myoma tersebut kecil dan tidak menimbulkan masalah. Komplikasi yang terjadi tergantung pada jumlah, ukuran, dan posisi myoma di dalam uterus. Dengan adanya neoplasma jinak yang paling umum pada fraktus genitalia ini akan saling berkaitan, dengan kehamilan dan persalinan. Dimana kehamilan dan persalinan berpengaruh pada mioma uteri dan mioma uteri mempengaruhui kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu, kehamilan pada myoma uteri memerlukan pengamatan yang cermat.
Selain itu penyebab dari myoma uteri itu sendiri belum jelas kebenarannya. Berdasarkan basil penelitian semua hasilnya masih sebatas perkiraan-perkiraan saja. Yang pasti myoma uteri merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit yang menjadi momok tersendiri bagi kaum wanita.
Oleh sebab itu, karni membuat makalah mengenai myoma uteri yang diambil, dari beberapa pustaka bersama kesimpulan dari beberapa pustaka tersebut disertai ASKEB sebagai asuhan pada penderita Myoma Uteri.

1.2         Tujuan Penulisan
1.2.1        Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa Prodi Kebidanan Jember mengenai penyakit dan kelainan tidak langsung yang menyertai kehamilan
1.2.2        Tujuan Khusus
1.      Mahasisma mampu mendeteksi secara dini terhadap adanya mioma uteri pada kehamilan.
2.      Mahasiswa mampu memahami tentang pengaruh kehamilan dan pasalinan pada mioma uteri dan pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan
3.      Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan mioma uteri sesuai dengan kewenangan bidan.
4.      Mahasiswa mampu melakukan kolaborasi dengan, dokter untuk penanganan lebih lanjut hamil dengan mioma.

1.3         Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup
1.        Definisi mioma uteri
2.        Klasifikasi mioma uteri
3.        Patologi mioma uteri
4.        Etiologi mioma uteri
5.        Gejala / tanda mioma uteri
6.        Diagnosis mioma uteri
7.        Komplikasi mioma uteri
8.        Penatalaksanaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.              DEFINISI
Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid (FKUI, 2001 : 387)

Mioma Uteri (Fibromtoma, Fibroid)
Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalia. Mioma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian  jaringan ikat, dan dikelilingi kapsul yang tipis (Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi, 2001 : 263)

Miometrium
Neoplasma jinak ini berasal dari otot  uterus dan jaringan ikat yang rnenumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibrbmioma, leiomioma, atau pun fibroid.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma uteri yang masih dapat turnbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosastro, Hanafi, 2005 : 338)

Fibroid = fibro myoma
Myoma uteri yaitu pertumbuhan sel miometrium yang immature. Penyakit ini timbul dan tumbuh secara perlahan. Bila banyak mengandung sel otot maka konsistensinya lunak, sedangkan bila mengandung banyak jaringan ikat (fibroid ) maka konsistensinya kenyal.

Leimyomata (Fibroid)
Tumor jinak tersebut berasal dari dinding otot uterus. Ukuran bervariasi, dari sangat kecil sampai sangat besar yang mengisi pelvik dan abdomen, dapat tunggal atau multipel. Fibroid adalah tumor yang paling umum terdapat pada wanita, mengenai lebih 20 % dari wanita. Lebih umum terdapat pada orang Negro. Walupun tumor-tumor tersebut sering tanpa gejala tetapi dapat mengalami komplikasi yang menyebabkan pasien dalam keadaan darurat (Hakimi, 1993 : 41).

Myoma uteri adalah tumor jinak dari otot-otot rahim (FK UNPAD, 1984 : 134).


Miorna uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua, mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan (Manuaba, Iada bagus gde, 1998 : 409 – 410)

Leiomiowa
Tumor uterus jinak tak berkapsul, berbatas tegas
Otot polos dengan beberapa elemen jaringan penyambung fibrosa (Scott, James R, dkk, 2002 : 484)

Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim disertai jaringan ikatnya sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot rahimnya dominan)
http//www.blogdokter.net/2007/07/04.mioma uteri

Mioma uteri atau fibroid uterus adalah pertumbuhan jaringan jinak dalam uterus (http://www.wartamerdeka.com)

Kesimpulan Definisi
MIOMA UTERI atau yang disebut juga leiomioma, fibromioma dan fibroid adalah neoplasma, jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat, sehingga bila banyak mengandung cell otot maka konsistensinta lunak, sedangkan bila mengandung banyak jaringan ikat (fibroid) maka konsistensinya kenyal, dengan ukuran bervariasi dari sangat kecil sampai sangat besar yang mengisi pelvik dan abdomen dapat tunggal atau multiple.

II.     ETIOLOGI
Pada dasarkan penyebab myoma uteri ini sebelumnya diketahui secara pasti dan belum jelas. Namur dari perkiraan sementara, penyebabnya yaitu adanya sel-sel otot miometrium yang belum matang (immature). Perkiraan lainnya yaitu ada hubungannya dengan pengaruh estrogen. Dimana, terjadinya tumor yaitu mulai dari adanya, benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar di miometrium. Benih-benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif dibawah pengaruh estrogen, dan jika tidak terdeteksi dini maka akan membentuk tumor yang berat. Dan setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi diskresi dalam, jumlah yang banyak, myoma cenderung mengalami otrofi.

III.    KLASIFIKASI
1.    Pengaruh Kehamilan dan Persalinan pada, Mioma Uteri
·      Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya kadar estrogen sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma.
·      Degenerasi merah dan degenerasi karnosa
·      Terjadinya torsi dengan tanda dan gejala sindrom abdomen akut.
·      Infeksi dan necrosa dari myoma

2.    Pengaruh Mioma pada Kehamilan dan Persalinan
·      Subfertil sampai infertil
Pada umumnya wanita yang menderita myoma uteri ini akan menjadi infertil. Hal ini dapat disebabkan oleh karena :
-       Hambatan pada jalannya telur
-       Gangguan ovulasi karena kadar estrogen yang tinggi
-       Gangguan implantasi
·      Abortus
 Dapat menyebabkan abortus karena:
-       Gangguan nutrisi
-       Gangguan vaskularisasi placenta
-       Penekanan oleh myoma yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan menyebabkan late abortion (partus immaturus)
·      Kelainan letak janin dalam rahim (malpersentasi)
·      Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir
·      Iersia uteri pada kala I dan kala II
·      Atonia uteri
·      Kelainan letak plasenta
·      Plasenta sukar lepas
·      Menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada servik uteri
·      Perdarahan pasca persalinan karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium
·      Mengganggu involusi dalam masa nifas
·      Menyebabkan placenta previa dan placenta accreta
·      Prematuritas (karena kapasitas uterus menurun)
·      Intrauterine fetal death

IV.    PATOLOGI
Tumor ini hampir selalu berasal dari miometrium dan dapat tumbuh ke berbagai arah.
Menurut letaknya, mioma terdiri dari:
1.         Mioma Submukosum.
Tumbuh tepat di bawah endometrium hingga ke dalam rongga uterus. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan pada pola menstruasi. Mioma jenis ini sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui cervix dan vagina atau disebut myomageburt.
2.         Mioma Interstisial atau Intramural
Merupakan jenis yang sering terdapat di dalam dinding uterus diantara serabut miometrium. Jika besar atau multiple, dapat menyebabkan pembesaran uterus dengan berbenjol-benjol.
3.         Mioma Subserosum
Tumbuh keluar dinding uterus dan letaknya di bawah tunika serosa. Kadang vena yang ada di permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intraabdominal. Dapat bertangkai atau melayang dalam ovum abdomen. Myoma sabserosa yang bertangkai dapat mengalami torsi.
4.         Mioma Intraligamenter
Tumbuh keluar ke dalam ruang diantara ligamentum latum yang dapat menekan ureter dan A. Iliaca.
5.         Mioma Servikal
Jarang dijumpai. Merupakan fibroid tungkai dan menyebabkan distorsi  serviks yang sering disertai disminorhoe. Jika terlalu besar dapat menekan kandung kemih dan rectum. Jika pasien hamil akan terjadi kesulitan dalam persalinan.
6.         Mioma Leiomyomatosis
Tejadi karena penyebaran tumor melalui pembuluh darah setelah, menyerang saluran vaskuler.
Perubahan sekunder pada myoma, uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke myoma uteri. Perubahan sekunder tersebut meliputi :
1.         Atrofi
Sesudah menopause atau hamil mioma uteri akan  menjadi kecil.
2.         Degnerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama  pada penderita berusia lanjut. Tumor akan kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil,seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3.         Degenarsi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar. Dapat juga terjadi  pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4.         Degenarasi membatu (Calcireous degeneration)
Terjadi pada wanita usia lanjut oleh adanya gangguan dalam sirkulasi. Karena adanya pengedapan pada sarang mioma oleh garam kapur sehingga mioma menjadi keras.
5.         Degenarasi merah (corneuus degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haul, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penarnpilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
6.         Degenarasi lemak
Jarang terjadi dan merupakan kelanjutan dari degenerasi hialin

V.   GEJALA DAN TANDA
Ø Gejala Primer
·      Perdarahan abnormal, karena meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi dan adanya gangguan kontraksi otot rahim. Perdarahan abnormal tersebut antara lain : menoragia dan metroragia
·      Nyeri abdomen
·      Gejala dan tanda penekanan, dimana akibat adanya penekanan oleh rahim yang membesar dapat terjadi
-          Penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan pollari
-          Penenakan pada uretra dapat menyebabkan rotensia urine
-          Penekanan pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis
-          Penekanan pads rectum dapat menyebabkan obstipasi
·      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yaitu abortus spontan
·      Nyeri pada pinggul yang menyebabkan gangguan pada saat berhubungan seksual (coitus)
·      Tanda fisik
-          Dengan adanya massa pada abdomen sangat teraba jelas
-          Pembesaran uterus dengan pergeseran abdominal,
Ø Gejala Sekunder
·      Anemia, karena perdarahan yang banyak
·      Lemah
·      Pusing
·      Sesak nafas

VI.       DIAGNOSA
Penderita datang biasanya dengan keluhan ada benjolan di perut bagian bawah rasa berat, perdarahan abnormal, retensio urin dan lain-lain.
Diagnosa myoma uteri oleh bidan secara sederhana dengan memperhatikan gejala klinik yaitu terdapat perdarahan menstruasi yang tidak normal, terdapat gangguan miksi atau buang air besar dan terasa, nyeri terutama saat menstruasi.
Pemeriksaan bimanual didapat tumor padat uterus yang sering teraba berbenjol atau bertangkai, yang urnumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping. Mioma subsrosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luga yang di tegakkan dengan pemeriksaan uterus sande. Mioma submukosum kadang dapat teraba benjolan pada permukaan kovum uteri. Pemeriksaan abdomen dan vagina mungkin menunjukkan uterus yang menonjol atau, pembesaran uterus yang licin. Kalau servik digerakkan, seluruh massa yang padat bergerak.
Untuk membamtu menegakkan dugaan klinis atau diagnosis yaitu dengan
·                   Pemeriksaan bimanual kecuali pada, pasien yang gemuk
·                   USG abdominal dan transuaginal
·                   Pemeriksaan ultrasound pelvic
·                   Pemeriksaan uterus sonde
DIAGNOSA BANDING
·                   Mioma subserosum dengan kehamilan
·                   Mioma submukosum dengan inertia uteri
·                   Mioma - intramural dengan adenomiosis, khoriokarnasinoma, karsinoma korpus uteri, sarcoma uteri
·                   Kanker servik dan endometrium
·                   Tumor ovarium

VII      KOMPLIKASI
a.                 Degenerasi ganas
Keganasan baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Curiga akan keganasan apabila myoma uteri dapat membesar dan terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b.                 Torsi / putaran tungkai
Torsi terdapat pada myonia uteri yang bertangkai. Torsi juga dapat menimbulkan nekrosis sindroma abdomen akut. jJika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena, gangguan         yang sirkulasi darah, padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri

VIII.    PENANGANAN
Beberapa tindakan yang dapat ditempuh jika terdapat mioma uteri yaitu :
·      Pemeriksaan secara berkala untuk melihat perkembangan mioma uteri.
·      Pemberian obat-obatan antara lain gonadotropin-realising hormone (GnRH) agonist, androgen, kontrasepsi oral atau progestin, clan NSAIDs.
·      Histerektomi, yaitu operasi pengangkatan uterus.
·      Miomektomi, yaitu operasi untuk mengangkat mioma, ada tiga macam yaitu miomektomi abdominal, miomektomi laparoskopi, clan miomektomi histeroskopi.
·      Embolisasi arteri uterus, yaitu suntikan untuk menghentikan suplai darah ke jaringan mioma, sehingga mioma mengecil.
·      Pembedahan ultrasonik terfokus.)

 PENATALAKSANAAN
1.         Konservatif dengan pemeriksaaan periodik
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun terutama apabila, mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau mengecil. Apabila mioma besarnya sebesar kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya dioperasi, walaupun tidak ada keluhan. Dalam decade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Pemberian GnHRa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri rnenghasil degenerasi hialin di miometrium hingga uterus, menjadi lebih kecil. Akan tetapi bila dihentikan dapat tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi.
2.         Radioterapi
-            Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi
-            Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
-            Bukan jenis submucosa
-            Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum
-            Tidak dilakukan pada wanita muda (dapat menyebabkan menopause)
Jenis radioterapi
-            Radium dalam cavum uteri,
-            X – trai pada ovum (castrasi)
-            Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
3.         Myomektomi
Adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus sehingga pasien masih bisa hamil.
Jika menyebabkan infertilitas dikerjakan myomektomi sebelum kehamilan. Boleh dikerjakan pada kehamilan bila tenyata terpaksa yaitu karena menyebabkan komplikasi
Kerugian
-            Melemahkan dinding uterus – rupture uteri pada waktu hamil
-            Menyebabkan perlekatan
-            Residif

4.         Hyterektomi
Hysterektomi yaitu operasi pengangkatan uterus. Dapat dilaksanakan per abdomen atau pervaginam Dilakukan pada :
-            Myoma yang besar
-            Multipel
Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau kedua ovarium maksudnya :
-            Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
-            Menjaga gangguan coronair atau aeroteroselerosis umum.
Indikasinya :
-            Anak sudah cukup
-            Anak sudah tua
-            Ada keluhan penekanan yaitu : retensi urine, penekanan saraf




IX.   PATOFISIOLOGI



Sel-sel otot rahim yang belum matur















Reseptor estrogen berlebihan















Hiperplasia dan hipertrofi















Benjolan abdomen















Gejala penekanan













Uretra
Distensi pada uterus
Vena kava inverior
Pars interstisialis tuba
Rectum
Kandung kemih
Penekananpd serviks

Penekanapd dinding rahim










Retensio urin
Abortus
Gangguan sirkulasi
infertilitas
Konstipasi
Poliuri disuri polaakisuri
Menghalangi jalan lahir
Gangguan mekanik
 fungsi miometrium



Edema












Atonia uterus

Plasenta sulit lepas















Perdarahan pasca persalinan


BAB III
PENUTUP

1.1.       Kesimpulan
1.      Mioma uteri atau disebut liomioma, fibromioma dan fibroid adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat dengan ukuran bervariasi.
2.      Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri : Menurut, hasil pemantauan ultrasonografik kemungkinan akurat pertumbuhan mioma tidak dapat dibuat, meningkatnya vaskularisasi dan estrogen menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma, mengalami degradasi, terjadi torosi dan infeksi.
3.      Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan : subfertil – fertile, abortus, kelainan letak janin, distorsi tumor, insersia uteri kala I dan II, anatonia uteri dan lain-lain.
4.      Menurut letaknya, mioma terdiri dari : submukosum, interstisila, subserosum, intaligamenter, servikal, leiomyoma tosis.
Perubahan sekunder meliputi : atrofi, degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi membatu, degenerasi merah, degenerasi lemak.
5.      Gejala primer : perdarahan abnormal, nyeri abdomen, gejala dan tanda  penekanan, abortus spontan, nyeri panggul. Gejala Sekunder : anemia, lemah, pusing, sesak nafas.
6.      Untuk membantu mengegakkan dugaan klinis . yaitu dengan : pemeriksaan bimanual, USG abdominal klinis dan transvaginal, pemeriksaan ultrasound pelvic, dan uterus sonde.
7.      Komplikasi myoma uteri degenerasi ganas, torsi.
8.      Penatalaksanaan : Konservatif, radioterapi, myomektomi, hysterektomi.

1.2.       Saran
1.      Diharapkan pembaca dan mahasiswa prodi kebidanan Jember dapat belajar mengambil keputusan yang tepat (dalam hal ini rujukan) sehingga tidak terlambat untuk tindakan selanjutnya.
2.      Diharapkan pembaca dan mahasiswa dapat menyesuaikan praktek di lapangan dengan teori yang ads sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang tepat khususnya untuk penanganan Ibu hamil dengan mioma uteri.


ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU P………DENGAN MYOMA UTERI

Tempat Pengkajian      :
Waktu Pengkajian       :
Tanggal Pengkajian     :
Pangkaji                      :
I.         PENGKAJIAN
A.       Data Subyektif
1.    Biodata          
Umur:
·      Pada wanita usia reproduksi
·      Wanita berumur 25 tahun(mempunyai sarang myoma yang beresiko untuk tumbuh)
·      Wanita umur 35-45 tahun
2.    Keluhan Utama
·      Ibu mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah
·      Ibu mengeluh rasa berat
·      Ibu mengalami perdarahan abnormal
·      Ibu merasa nyeri
·      Ibu mengalami poliuri, retensio urine, disuaria, sering kencing
·      Ibu mengalami konstipasi sampai obstipasi
·      Ibu mengeluh nyeri panggul
·      Ibu mengalami edema tungkai
·      Ibu mengeluh kesulitan melakukan hubungan seksual
3.    Riwayat Kehamilan Sekarang
-
4.    Riwayat Kesehatan Sekarang
·      Ibu mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah
·      Ibu mengeluh rasa berat
·      Ibu mengalami perdarahan abnormal
·      Ibu merasa nyeri
·      Ibu mengalami poliuri, retensio urine, disuria, sering kencing
·      Ibu mengalami konstipasi sampai obstipasi
·      Ibu mengeluh nyeri panggul
·      Ibu mengalami edema tungkai
·      Ibu mengeluh kesulitan melakukan hubungan seksual karena nyeri
5.    Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan pernah menderita mioma uteri sebelumnya
6.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ada riwayat mioma uteri
7.    Riwayat Menstruasi
·      Ibu dengan perdarahan abnormal (hipermenorea, menoragia, metroragia)
·      Dismenorhea (+ )
·      HPHT
8.    Riwayat Pernikahan
-
9.    Riwayat Obstetri
Kehamilan
Persalinan
Anak
Nifas
Ke
Uk
Komp
Jenis
Penolong
Tmpt
Komp
Sex
PB/BB
+ / G
H M
Usia
ASI
KB
Komp















(Pada Ibu nulipara atau yang kurang subur)
10.         Riwayat KB
Ibu menggunakan atau pernah menggunakan KB hormonal
11.         Pola Kegiatan Sehari-hari
BAB                :  Konstipasi sampai obstipasi
BAK               :  Poliuri, anuria, retensio urine, sering kencing
Istrirahat          :  Terganggu karena. nyeri
Seksual            :  Kesulitan melakukan hubungan seksual (nyeri saat coitus)
12.         Riwayat Psikososial, Ekonomi dan Spiritual
Ibu merasa khawatir dan cemas akan keadaannya
B.       Data Obyektif
Keadaan umum         : Cukup
Kesadaran                 : compos mentis
TTV                          : TD     : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N      : DBN (60 – 100 x menit)
   RR    : normal - meningkat
   S       : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
            : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Pemeriksaan fisik :
Muka                         :  Pucat ( + )
Mata                          :  Konjungtiva pucat (+) / (+ )
Gilut                          :  Bibir pucat
Abdomen                  :  - Teraba benjolan di perut bagian bawah
   - Palpsi Leopold: adanya kelainan letak janin (malpresentasi)
   - Nyeri tekan (+)
Genetali                    : Perdarahan ( + )
VT    : Teraba tumor pada abdomen bagian bawah, pergerakan tumor terbatas
Ektremitos : edema tungkai (+) / (+ )
Pemeriksaan Penunjang :
·           USG Abdominal dan transvaginal
·           Laparaskopi
·           Pemeriksaan Hb

II.      INTERPRETASI DATA DASAR
Dx                        :  Ibu P…………Dengan Mioma Uteri
          Ds                    :   - Mengeluh ada benjolan diperut bagian bawah
- Mengeluh rasa berat
- Perdarahan abnormal
- Merasa nyeri
- Mengalami poliuri, retensio urine, disuria, sering kencing
- Mengalami konstipasi sampai obstipasi
- Mengeluh nyeri panggul
- Mengalami edema tungkai
- Mengeluh kesulitan melakukan hubungan seksual
Do                        :  Palpasi          : teraba benjolan di perut bagian bawah
Nyeri tekan (+)
  Genetalia       :   Perdarahan ( + )
VT :  Teraba tumor padat pada abdomen bagian bawah, pergerakan tumor terbatas

III.   ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Syok neurogeik
Anemia

IV.   IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
·         Infus
·         Kolaborasi
·         Rujuk

V.      INTERVENSI
1.      Jelaskan pada, ibu dan keluarga tentang keadaanya.
R/ Ibu dan keluarga mengerti serta lebih kooperatif
2.         Berikan KIE dan motivasi tentang mioma uteri.
R/ ibu mengerti dan mengurangi kecemasan.
3.      Observasi TTV
R/ Deteksi dini adanya komplikasi
4.      Beritahu keluarga untuk menyiapkan rujukan misalnya kendaraan dan uang.
R/ Mencegah 3T : terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat rujukan, terlambat dalam penanganan.
5.      Persiapkan alat, surat rujukan dan obat–obatan untuk persiapan rujukan
R/ Mengantisipasi masalah yang akan tejadi.
6.      Kolaborasi dengan dokter mengenai tindakan yang akan dilakukan
R/ memberikan pelayanan yang tepat.

VI.   IMPLEMENTASI
-
VII.EVALUASI       
S     :    Ibu mengatakan mengerti atas penjelasan yang diberikan Oleh bidan
O    :    Kecemasan Ibu berkurang
Ibu dan keluarga bersedia melakukan nasehat bidan
A    :    Ibu P...........dengan Mioma Uteri
P     :    Lakukan rujukan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal.................
S   : ibu mengatakan terdapat benjolan dan terasa nyeri di perut bagian bawah dan ibu datang atas rujukan dari bidan
O  :     TD             : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N              : DBN (60 – 100 x menit)
    RR            : normal - meningkat
     S               : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen   : tampak benjolan, teraba massa, batas tidak tegas, tidak rata, padat, imobile, nyeri tekan (+)
Genetalia    :  fluksus (-)
A  : ibu P....... dengan myoma uteri
P   : -    Observasi TTV
-       Pemberian terapi obat-obatan
-       Persiapan pre ops. (histerektomi)

CATATAN PERKEMBANGAN
Ø  Tanggal ..................
S   : ibu mengatakan cemas akan keadaannya
O  :      TD            : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N              : DBN (60 – 100 x menit)
    RR            : normal - meningkat
     S               : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)

Abdomen   : tampak benjolan, teraba massa, batas tidak tegas, tidak rata, padat dan keras
Genetalia    :  fluxus (-)
A  : ibu P....... dengan myoma uteri
P   : operasi histerektomi jam 09.00

Ø  Tanggal ...................

S   : ibu mengatakan nyeri pada jahitan dan ibu sudah kentut
O  : K/U   : lemah
           TD             : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N              : DBN (60 – 100 x menit)
    RR            : normal - meningkat
     S               : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)

Abdomen   : terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia    :  fluxus (-)
A  : ibu P................ post histerektomy a/i myoma uteri
P   : terapi post op

Ø  Tanggal ........................
S   : ibu mengatakan nyeri pada jahitan dan ibu sudah kentut, belum BAB dan susah melakukan mobilisasi
O  : K/U   : lemah
       TD     : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
    N   : DBN (60 – 100 x menit)
    RR            : normal - meningkat
     S  : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)

Abdomen   : terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia    :  fluxus (-)
A  : ibu P............post histerektomi a/i myoma uteri hari ke-2
P   : -   lanjutkan terapi post op



Tanggal ..........................................
S   : ibu mengatakan tidak kentut dan belum BAB
O  : K/U   : lemah
       TD     : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N : DBN (60 – 100 x menit)
    RR            : normal - meningkat
     S  : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen   : terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia    :  fluxus (-)
Drain (+)    : 100 cc
A  : ibu P...................post histerektomi a/i myoma uteri hari ke-3
P   : -   lanjutkan terapi post op
       -    mobilisasi

Ø  Tanggal ...............................
S   : -
O  : K/U   : cukup
TD     : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N      : DBN (60 – 100 x menit)
    RR     : normal - meningkat
     S       : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen   : terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia    :  fluxus (-)
A  : ibu P.................post histerektomi a/i myoma uteri hari ke-4
P   : -   lanjutkan terapi post op

Ø  Tanggal .........................................
S   : -
O  : K/U   : cukup
       TD     : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N      : DBN (60 – 100 x menit)
    RR     : normal - meningkat
     S       : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen   : terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-)
Genetalia    :  fluxus (-), BAB/BAK : +/+
A  : ibu P............. post histerektomi a/i myoma uteri hari ke-5
P   : -   Observasi TTV
-       Observasi perdarahan

Ø  Tanggal ......................................
S   : ibu mengatakan merasa batuk dan sudah BAB
O  : K/U   : sedang
       TD     : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N      : DBN (60 – 100 x menit)
    RR     : normal - meningkat
     S       : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen        : terdapat luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-), PUS (-), nyeri (-)
Genetalia    :  fluxus (-)
A  : ibu P.................post histerektomi a/i myoma uteri hari ke-6
P   : -   terapi post op per oral

Ø  Tanggal .................................
S   : ibu mengatakan merasa batuk dan sudah BAB
O  :    K/U           : sedang
          TD              : DBN (110-120 / 70-80 mmHg)
   N              : DBN (60 – 100 x menit)
    RR            : normal - meningkat
     S               : DBN - meningkat bila terjadi infeksi
          : 36,2 C – 38C (Ladyweg : 2006)
: 36C – 37,2 C (Varney : 1997)
: 36C – 37,5C (Depkes)
Abdomen      : terdapat luka operasi tertutup verban, nyeri (-)
Genetalia       : fluxus (-)
A  : ibu P..............post histerektomi a/i myoma uteri hari ke-7
P   : -   terapi post op per oral



DAFTAR PUSTAKA


Bagian Obstetri & Genekologi Fakultass Kedokteran Universitas Padjajaran. 1984. Obstetri Patologi. Bandung ; Elstar Offset.
Cunningham, Macdonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta : EGC
FKUI 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media aesculapius.
Hakimi. 1993. Keadaan Darurat Genelxlogi Umum. Yogyakarta Yayasan Essentia Medics.
Hariadi. Diktat Obstetri II. Surabaya : Brats D.
Llewellyn, Derek – Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Genekologi. Edisi 6. Jakarta : Hipokrates.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Rerencana. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
Scott, James R, dkk. 2002. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP – SP.
http://www.republika.co.id
http://www.wartamedika.com
http://www.stistemada.blogspot.com



0 komentar:

Posting Komentar

Beri komentar bijak Anda kepada kami...!!!

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.