Senin, 16 April 2012

postmatur kehamilan


POST MATUR KEHAMILAN
A . Pengertian
Kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu, antara lain kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan pascamaturitas.
Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. ( Varney Helen,2007)
Keakuratan dalam memperkirakan usia kehamilan meningkat pesat sejak adanya USG yang makin banyak digunakan. Kisaran optimum variasi lama gestasi pada manusia belum diketahui hingga kini, Dan penetapan dua minggu melewati taksiran persalinan (TP) masih berubah- ubah. Meskipun insidensi kehamilan lewat bulan relatif rendah, beberapa studi menunjukkan bahwa sebagian besar induksi yang dijadwalkan dengan indikasi kehamilan lewat bulan faktanya kurang dari 42 minggu berdasarkan hitungan dengan USG. Akibatnya induksi yang menjadi bersifat relatif.
B . Etiologi
Etiologinya msih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalh hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum
C. Prognosis
Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu. Namun kurang lebih 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan menjadi 42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan.
Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan.Jika Tp telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan.Data yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu.
Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007)
Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 – 12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3,4 -4% ( Mochtar,Rustam,1998)
Kesepakatan yang ada adalah bahwa resiko mortalitas perinatal lebih tinggi pada IUGR atau bayi SGA daripada AGA lewat bulan. Clausson et al Menegaskan bahwa odds ratio untuk kematian perinatal untuk bayi AGA tidak berbeda signifkan pada bayi post term. Namun bagi SGA mempunyai odds ratio 10,5 pada lahir post term. Penatalaksanaaan aktif pada bagi AGA dengan lebih bulan kenyataan dapat mengubah hasil positif yang diingunkan, angka penatalaksanaan anestesia epidural, persalinan sesar, dan mortalitas.
Pengaruh terhadap Ibu dan Janin :
· Terhadap Ibu : Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena (a) aksi uterus tidak terkoordinir (b). Janin besar (c) Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
· Terhadap janin : Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dri kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
D . Pemeriksaan Penunjang
1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
2. Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis.
3. Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat pusat penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
4. USG : ukuran diameter biparietal, gerkan janin dan jumlah air ketuban.
5. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diamabiil dengan amniosenteris baik transvaginal maupun transabdominal, kulitb ketuban akan bercmapur lemak dari sel sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel – sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga.
- Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
- Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
6. Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurt warnanya karena dikeruhi mekonium.
7. Kardiotografi, mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plase
8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
10. Pemeriksaan pH darah kepala janin
11. Pemeriksaan sitoloi vagina
E . Penatalaksanaan Medis
Dua prinsip pemikiran :
1. Penatalaksanaan antisipasi-antisipasi kesejahteraan janin dengan meningkatkan pengkajian dan intervensi jika hanya terdapat indikasi.
2. Penatalaksanaan aktif-induksi persalinan pada semua wanita yang usia kandungannnya melebihi 42 minggu. dengan pertimbangan kondisi janin yang cukup baik / optimal.
Ada berbagai variasi kemungkinan penatalaksanaan antisipasi dan penatalaksanaan aktif, antara lain: Pertimbangan kesiapan serviks ( skor bishop), perkiraan berat badan janin ( dengan manuver leopot, sonogram, atau keduanya) , kesejahteraan janin, pilihan wanita yang bersanngkutan, volume cairan amnion, riwayat kebidanan sebelumnya, status medis ibu, dan metode induksi sesuai pertimbangan. Variabel yang sangat memberatkan adalah usia gestasi janin, karena term yang berkembang cenderung mempertimbangkan usia kehamilan sebagai suatu rangkaian yang kontinu. Penatalaksanaan aktif versus penatalaksanaan antisipatif tergantung reabilitas kriteria yang digunakan dalam menentukan usia kehamilan.
Para klinisi sejak lama menyadari perlunya mempercepat persalinan jika terdapat kondisi obstetri dan medis yang mengancam ibu dan janin. Sebelum ada metode yang diterima untuk induksi persalinan seksio sesaria merupakan satu-satunya cara yang dapat diterima untuk mengatasi maslaah ini.
Keputusan untuk mempercepat persalinan harus selalu ditetapkan dengan membandingkan resiko dan manfaat masing masing penatalaksanaan tersebut. Secara umum metode induksi yang paling efektif adalah dengan meningkatkan denyut jantung janian dan hiperstimulasi pada uterus.
Induksi persalinan juga diperkirakan komplikasinya. Induksi persalian dikaitkan dengan peningkatan anastesia epidural dalam seksio sesaria untuk wanita primigravida yang usia kehamilanyya lebih dai 41 minggu dan taksiran berat jain 3800 gram atau lebih.
Pada kenyataannya induksi persalian meningkatkan resiko distress janin, seksio sesaria, infeksi dan perdarahan sangat mengejutkan bagi masyarakat awam. kehamilan lebih bulan akan meningkatkan resiko lahir mati, cairan bercampur, mekonium sindrom aspirasi mekonium pada neonatus, distosia bahu jika janin makrosomia.
Indikasi untuk induksi persalinan mencakup hal – hal :
a. Hasil uji janin meragukan ( skor profil biosfik rendah)
b. Oligohidramnion.
c. Preeklamsi yang cukup parah menjelah cukup bulan
d. Diabetes dependent
e. IUGR menjelang usia cukup bulan
f. Riwayat lahir mati pada kehamilan cukup bulan.
Penatalaksanaan antisipasi pada usia kehamilan lewat bulan antara 40 hingga 42 minggu
1.Kaji kembail TP wanita sebagai titik tengah dalam kisaran waktu 4 minggu ( 40+minggu)
2. Kaji kembali bersama wanita rencana penanganan kehamilan lewat bulan, dokumentasikan rencana yang disepakati ( 40+ minggu)
3. Uji kembali nonstress awal ( Nonstress test, NST) dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kemilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan.
4. Lakukan pengukuran volume cairan amnion ( Amniotic fluid volume, APV) dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan.
5. Lakukan uji profil biofisik lengkap dan konsultasikan dengan dokter untuk hasil NST yang nonreaktif atau APV yang randah.
6. Jika kelainan berlanjut hingga 42 minggu dan perkiraan usia kehamilan dapat diandalkan mulai penanganan aktif mengacu pada protokol.
Penatalaksanaan aktif pada kehamilan leat bulan : Induksi persalinan
Pada tahun 1970-an terdapat meningkatnya kesadaran terhadap mordibitas kehamilan lewat bulan. Beberapa pihak mengajukan keberatan terhadap induksi persalinan karena tidak alami dan dapat meningkatkan bahaya. Namun walaupun banyak pihak yang menentang induksi persalinan dan tidak adanya standardisai kriteria, praktik induksi telah banyak meningkat selama satu dekade terakhir.
Menurut American college of obstetricians dan Gynecologist, hasil yang diharapkan dari induksi persalinan adalah “ ibu dapat melahirkan bayi pervaginam setelah kontraksi distimulasi sebelum persalinan spontan terjadi”. Meski metode induksi sekarang diutamakan pada induksi kontarkasi uterus, namun peran servik sangat penting yang aktivitasnya tidak sepenuhnya dipengaruhi uterus.
Penggunanaan obat berpusat pada oksitosin sejak tahun 1960-an dan prostaglandin sejak tahun 1970-an. Pengaturan dosis, dan cara pemberian dan waktu pemberian untuk semua metode hingga kini masih dalam penelitian,
Untuk menghasilkan persalinan yang aman, keberhasilan induksi persalinnan setelah servik matang dapat dicapai dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan seriks dibanding oksitosin.
Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan ( misalnya minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk menguatkan rekomendasinya.
Metode hormon untuk induksi persalinan :
1. Oksitosin yang digunakan melalui intravena ( atas persetujuan FDA untuk induksi persalinan ). Dengan catatan servik sudah matang.
2. Prostaglandin : dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal yang positif.
a. Misprostol
1) Merk dagang cytotec. Suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina ( disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk induksi)
b. Dinoproston
1) Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1995)
2) Merk dagang predipil. Suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 0,5 mg deng diberika intraservik ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1993)
3. Mifepriston 9 RU 486, antagonis reseptor progesteron) ( disetujui FDA untuk aborsi trimester pertama, bukan untuk induksi) tersedia dalam bentuk tablet 200 mg untuk diberikan per oral.
Metode non hormon Induksi persalinan
1. Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah pada saat pemeriksaan dalam Dengan tangan terbungkus sarung tangan bidan memeriksa wanita untuk menentukan penipisan serviks, pembukaan dan posisi lazimnya. Perawatan dilakukanan untuk memastikan bahwa bagian kepala janin telah turun. Pemeriksaan mengulurkan jari telunjuk sedalam mungkin melalui os interna, melalui ujung distal jari perlahan antara segmen uterus bagian bawah dan membaran. Beberapa usapan biasanya eektif untuk menstimulasi kontaksi awal reguler dalam 72 jam. Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi janin. Pemisahan memban servis tidak dilakukan pada kasus – kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui.
2. Amniotomi
Pemecahan ketuban secara sengaja (AROM). Saat dikaukan bidan harus memeriksa dengan teliti untuk mengkaji penipisan servik, pembukaanm posisi,, dan letak bagian bawah. Presentasi selain kepala merupakan kontrainsdikasi AROM dan kontraindikasi lainnya ketika kepala belum turun, atau bayi kecil karena dapat menyebabkan prolaps talipusat. Meskipun amniotomi sering dilakukan untuk menginduksi persalinan, namun hingga kini masih belum ada studi prospektif dengan desain tepat yang secara acak menempatkan wanita pada kelompok tertentu untuk mengevaluasi praktik amniotomi ini.
3. Pompa Payudara dan stimulasi puting.
Penggunaan cara ini relatif lebih aman kerna menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan. Penangannya dengan menstimulasi selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari.
4. Minyak jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan.
5. Kateter forey atau Kateter balon.
Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian ballon di isi udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif.
6. Aktifitas seksual.
Jika bidan tidak merasa bahwa penatalaksanaan aktif pada persalinan lewat bula diindikasikan, protokol dalam memuat panduan rekomendasi yang mencakup pemberian, wakru, dosis, dan langkah kewaspadaan. Sementara pada penatalaksanaan antisipasi, bidan dianjurkan mendokumentasikan secara teliti rencana penatalaksanaan yang disepakati bersama oleh wanita. Bidan maupun wanita harus memahami secara benar standar perawatan setempat untuk menangani kehamilan lewat bulan. Wanita sebaiknya diberi tahu jika terdapat status yang tidak mencakup pada penggunaan resep, dan bidan harus tetap merujuk pada literatur terkini seputar penanganan kehamilan lewat bulan.

F. Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan memperhatikan tanda-tanda postmaturitas yang dapat dibagi dalam 3 stadium :
1. stadium I : kulit tampak kering, rapuh dan mudah mengelupas (maserasi), verniks kaseosa sangat sedikit sampai tidak ada.
2. stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang kehijauan oleh mekoneum yang bercampur air ketuban.
3. stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada jaringan tali pusat.Pada saat persalinan, penting dinilai keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan mekonium (kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi lahir harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan intubasi dan pembilasan trakhea.

G. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmaturhipoksia ;
-hipovolemia
- asidosis
-sindrom gawat napas
-hipoglikemia
-hipofungsi adrenal.















DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC
Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta. Arcan













ASUHAN KEBIDANAN TEORI
PADA IBU G.P.... INPARTU KALA.... FASE....
Tempat pengkajian      :
Tanggal / waktu          :
Pengkaji                      :
I.          PENGKAJIAN
A.    DATA SUBJEKTIF
1.      Biodata Ibu dan Suami
Nama        : Agar tidak terjadi kekeliruan bila ada kesamaan nama
Umur        : Untuk mengetahui resiko tinggi terjadinya komplikasi ( < 16 thn, > 35 thn )
Agama      : mempermudah KIE
Suku         : mempermudah KIE
Pendidikan           : mempermudah KIE
Pekerjaan  : menetahui taraf hidup / sosial ekonomi serta apakah pekerjaan mengganggu / tidak
Alamat     : mempermudah asuhan saat kunjungan rumah
2.      Keluhan Utama
Keluhan yang mendorong ibu untuk memeriksakan keadaan kepada tenaga kesehatan (bidan)
3.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian tentang riwayat kesehatan sekarang yang dialami ibu sebagai dasar dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan oleh bidan.
4.       Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian tentang riwayat kesehatan dahulu yang dialami ibu sebagai dasar dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan oleh bidan.
5.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Sebagai pendukung riwayat kesehatan yang dialami ibu sekarang
6.      Riwayat Menstruasi
Ø  Menarche             :
Ø  Lama                    :
Ø  Konsistensi           :
Ø  Jumlah                  :
Ø  Fluor Albus          :
Ø  Disminorhoe         :
Ø  HPHT                   :
Ø  HPL                     :

7.      Riwayat Pernikahan
Usia menikah       :
Lama menikah      : sebagai gambaran respon keluarga terhadap kehamilan
Status pernikahan : sebagai gambaran respon keluarga terhadap kehamilan
Pernikahan Ke-    : sebagai gambaran respon keluarga terhadap kehamilan
Pengambilan keputusan dalam keluarga  : memudahkan pelaksanaan tindakan yang memerlukan persetujuan keluarga
8.      Riwayat Obstetri
NO
kehamilan
Persalinan
anak
nifas
laktasi
ke
usia
komp
Tgl
jns
penlng
tmp
komp
Sex
L/P
BB/PB
H/M
T/G
usia
Lama
Komp
lama
komp



















Riwayat obstetri memberikan gambaran tentang faktor resiko yang mungkin dalam persalinan sekarang.
9.      Riwayat KB
-          KB yang pernah digunakan
-          Lamanya penggunaan
-          Komplikasi
10.  Riwayat kehamilan sekarang
ANC : - Berapa kali :
o   TM I
o   TM II
o   TM III
       Obat yang di dapat :                  jumlah       =
       Imunisasi TT :                           berapa kali =                       tanggal pemberian :

Tempat          :
Obat yang di dapat          :                                               jumlah :
Imunisasi                          :
Merasakan gerakan janin sejak uisa         :
Keluhan    Trimester I       :          
                 Trimester II     :
                 Trimester III    :
Riwayat kehamilan sekarang sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan

11.  Riwayat persalinan sekarang
Datang ke bidan tanggal. . . jam. . . .
kencang-kencang mulai kapan.
mulai keluar lendir jam berapa.
keluar darah atau tidak, jika ya, mulai jam berapa.
Ketuban pecah atau utuh, jika pecah mulai jam berapa...

12.  Pola kebiasaan sehari-hari
no
Jenis
Sebelum hamil
Setelah hamil
1
Nutrisi



Pola makan



Nafsu  makan



Jenis makanan



Porsi



Minuman



Jumlah yangdiminum


2
Eliminasi



BAK ( frekuensi, warna, bau, banyaknya )



BAB ( frekuensi, warna, konsistensi )


3
Isturahat



Siang ( lamanya )



Malam ( lamanya )


4
Personal hygiene



Mandi



Gosok gigi



Cuci rambut



Ganti CD


5
Kebiasaan hidup sehat



Minum-minuman keras



Obat-obatan terlarang



Merokok



Tempat MCK


6
Inpartu saat ini



Makan
Jenis makanan
Banyaknya



Minum
Jenis minunan
Banyaknya



\                Pengkajian tentang kebiasaan sehari-hari sebagai acuan gambaran kesejahteraan janin dalam rahim
13.  Riwayat psikososial, spiritual dan ekonomi
·         Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : untuk mengetahui adanya dukungan psikologi dan emosional dari keluarga atas kehamilan ibu.
·         Ekonomi (diketahui dari jenis pekerjaan) : untuk mengetahui kemampuan ibu dalam memenuhi kebutuhan kehamilannya baik kebutuhan nutrisi, pakaian, maupun kebutuhan lainnya
·         Pengambil keputusan dalam keluarga : untuk mengetahui pengambil keputusan sehingga memudahkan bidan dalam menanyakan keputusan yang akan diambil saat berada dikondisi yang mendesak.
·         Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan ibu dalam membantu persalinan : informasi ini dapat membantu ibu dalam menyiapkan hal-hal untuk persiapan persalinannya, misalnya kendaraan, orang yang akan mengantar, serta biaya yang perlu disiapkan.

B.     DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan Umum
-   K/U                      :
BB, TB, LILA tidak perlu dikaji lagi, tanyakan BB terakhir pada ibu atau lihat KMS
-   Kesadaran                        :
-   TD                        :
-   N                          :
-   RR                        :
-   S                           :
Sebagai dasar acuan untuk melakukan tindakan pada ibu
2.      Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik sebagai cara untuk mengetahui kesehatan yang dialami ibu sekarang.pemeriksaan fisik mendukung data subjektif yang diberikan ibu. Penulisan hasil pemeriksaan harus sesuai dengan apa yang ditemukan bukan menyimpulkan. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
-          Kepala
-          Muka
-          Mata
-          Gilut
-          Leher
-          Dada
-          Payudara
-          Abdomen
Inspeksi bekas SC, striae, linea
Palpasi L1 : mengetahui TFU, TBJ
            L2 : mengetahui letak punggung janin
            L3 : Mengetahui bagian terendah janin (presentasi)
            L4 : mengetahui seberapa besar bagian terendah janin yang masuk PAP
Pemeiksaan DJJ : memantau kesejahteraan janin
Pemeriksaan TBJ  :
Pemeriksaan HIS : memantau kemajuan persalinan
Pemeriksaan panggul luar (jika masih memungkinkan)
-          Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah 
-          Genitalia  : kondisi vagina sebagai jalan lahir sangat berpengaruh terhadap proses persalinan
-          Anus        : periksa keadaan anus (ada hemoroid atau tidak -> antisipai pendarahan)

3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang mendukung hasil pengkajian data subjektif dan data objektif. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain, test Hb dan test urine.

II.                INTERPRETASI DATA DASAR
Tahap ini dilakukan dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan diagnosis yang akan ditegakkan dalam batas diagnosis kebidanan intranatal. Penetapan diagnosis harus  disertaihasil dari  pengkajian data subjektif dan data objektif yang mendukung  hasil diagnosa (data fokus ). Interpretasi data dasar sebagai acuan menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan oleh bidan.
Dx                         : sebatas lingkup kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur yang diakui oleh profesi dan berhubungan langsung dengan prektek kebidanan
Ds              : data fokus yang dirasakan ibu dan berkenaan dengan diagnosa
Do             : data fokus hasil pengkajian bidan yang menunjang diagnosa yang ditegakkan
Masalah     : ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Masalah boleh tidah disertai dengan Ds dan Do.

III.             IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah kemudian merumuskan diagnosis potensial berdasarkan diagnosis masalah yang sudah teridentifikasi pada masa intranatal. Sebagai acuan untuk menentukan dari kebutuhan segera.

IV.             IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi serta kolaborsi deim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Sebagai acuan untuk mencegah dan mengatasi masalah potensial yang mungkin akan timbul.

V.                MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH (INTERVENSI)
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil identifikasi masalah dan diagnosis serta dari kebutuhan pasien. Penetapan rencana asuhan harus disertai dengan rasional dari rencana tindakan. Rencana asuhan ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan oleh bidan (mengkoordinir dan memenegement tindakan) -> 58 langkah APN

VI.             IMPLEMENTASI
Catatan detail tindakan yang dilakukan kepada ibu berdasarkan rencana asuhan.

VII.          EVALUASI
Penilaian terhadap rencana tindakan yang disusun. Penilaian didasarkan pada hasil implementasi rencana tindakan (tercapai atau tidaknya tujuan rencana asuhan). Penulisan evaluasi dapat berupa SOAP, SOAPIE, SOAPIER, maupun SOAPIED.

Lampirkan lembar penapisan, lembar observasi dan partograf

















ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU G1P.... INPARTU KALA I FASE AKTIF DILATASI MAKSIMAL
Tempat pengkajian      : Ruang Bersalin
Tanggal / waktu          : 27 november 2004/ 13.45 WIB
Pengkaji                      : Mahasiswa
I.    PENGKAJIAN
a.    DATA SUBJEKTIF
1.   Biodata Ibu
Nama             : Ny. P
Umur             : 36 tahun
Agama           : Islam
Suku              ; Jawa
Pendidikan    : SMA
Pekerjaan       : wiraswasta
Alamat           : Jln Mangga Raya RT 2 RW 1-Banyuwangi
Biodata Suami
Nama             : TN “ Y ”
Umur             : 40 tahun
Agama           : Islam
Suku              : Jawa
Pendidikan    : SMA
Pekerjaan       : Wiwaswasta
Alamat           : Jln Mangga Raya RT 2 RW 1-Banyuwangi
2  Keluhan Utama
   Ibu mengatakan hamil 10 bulan anak pertama, dan saat ini ibu mengeluh perutnya sakit dan kenceng – kenceng sejak tadi jam 06.00 WIB  pada tanggal 27 november 2004.
3  Riwayat Kesehatan Sekarang
   Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular ( AIDS, hepatitis ), menurun (hipertensi, DM ) maupun sistemik ( jantung, ginjal )
4  Riwayat Kesehatan Dahulu
   Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular ( AIDS, hepatitis ), menurun (hipertensi, DM ) maupun sistemik ( jantung, ginjal )
5.Riwayat Kesehatan Keluarga
   Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular ( AIDS, hepatitis ), menurun (hipertensi, DM ) maupun sistemik ( jantung, ginjal ) serta ada riwayat kehamilan kembar

6.Riwayat Menstruasi
Menarche        : 13 tahun
Lama               : 28 hari
Konsistensi      : encer
Jumlah             : 2-3 ganti pembalut / hari
Fluor Albus     : (-)
Disminorhoe    : (-)
HPHT              : 4 – 2 -07.
HPL                : 11 – 11- 07

7.Riwayat Pernikahan
Usia menikah             : 27 tahun
Lama menikah           : ± 8 tahun
Status pernikahan      : sah
Pernikahan Ke-          : 1
8.   Riwayat Obstetri
NO
kehamilan
Persalinan
anak
nifas
laktasi
ke
usia
komp
Tgl
jns
penlng
tmp
komp
Sex
L/P
BB/PB
H/M
T/G
usia
Lama
Komp
lama
komp
1
1
H
A
M
I
L

I
N
I








9.   Riwayat KB
     Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sejak menikah hingga sebelum hamil.

10.  Riwayat kehamilan sekarang
ANC : - Berapa kali :
·         TM I          : 3 kali
Keluhan      :   Mual, muntah dan pusing
Terapi        : Fe, VIT C, Kalk
·         TM II        : 3kali
Keluhan     : -
Terapi        : Fe, VIT C, Kalk
·         TM III       : 3 kali
Keluhan     : Sering kencing & sakit pada punggung.
Terapi        : Fe, VIT C, Kalk

  Imunisasi TT :   TT4  
  Merasakan gerakan janin sejak usia       : 5 bulan

11.  Riwayat Persalinan
 Ibu Datang ke Rumah Sakit tanggal 27 november 2004 dan kencang-kencang mulai sejak  jam 06.00 WIB, Belum keluar lendir darah serta keuban belum pecah.

12.  Pola kebiasaan sehari-hari
no
Jenis
Selama hamil
Saat inpartu
1
Nutrisi



Pola makan
3 kali / hari
puasa

Nafsu  makan
baik


Jenis makanan
nasi, lauk pauk, sayur, buah



Porsi
sedang
-

Minuman
Air putih
-

Jumlah yangdiminum
7-8 gls/hr
-
2
Eliminasi



BAK ( frekuensi, warna, bau, banyaknya )
5-6 x/hr, kuning jernih,bau amoniak
-

BAB ( frekuensi, warna, konsistensi )
1x/hr, lembek, kuning
-
3
Isturahat



Siang ( lamanya )
± ½ - 1 jam / hari

-

Malam ( lamanya )
± 6 - 7 jam / hari

-
4
Personal hygiene



Mandi
2x/hr
1x (seka)

Gosok gigi
2x/hr
-

Cuci rambut
4x/minggu
-

Ganti CD
3 - 4 kali/ hari
-
5
Kebiasaan hidup sehat



Minum-minuman keras
-
-

Obat-obatan terlarang
-
-

Merokok
-
-

Tempat MCK
toilet
-

13.  Riwayat psikososial, spiritual dan ekonomi
·         Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan     : baik
·         Pengambil keputusan dalam keluarga                  : suami
·         Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan ibu dalam membantu persalinan : Rumah sakit/ bidan

B.  DATA OBJEKTIF
1.   Pemeriksaan Umum
-    K/U                 :baik
-    Kesadaran       : composmentis
-    TB                   : 155 cm
-    BB sbl hamil   : 49 kg
-    BB slm hamil : 58 kg
-    TD                   : 120 / 80 mmHg
-    N                     : 88 kali/menit
-    RR                   : 24 kali/menit
-    S                      : 36º C
2. Pemeriksaan fisik (head to toe dari inspeksi, palpasi, perkusi dan juga auskultasi)
a) Kepala               : Bersih, tidak ada ketombe, Rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada    luka.
b) Muka                : pucat -, oedema -, cloasma gravidarum –
c) Mata                  : Kelopak mata tidak ada oedema, Konjungtiva tidak pucat, Sclera tidak ikterik.
d) Hidung             : simetris, bersih, benjolan -, sekret –
e) Mulut                :  bibir lembab, bersih, pucat -, Caries tidak ada, Stomatitis tidak ada
f) Telinga               : simetris, bersih
g) Leher                 : pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe - , bendungan vena jugularis –
h) Dada                 : simetris, mamae bersih, mamae tegak, hiperpigmentasi areola dan papila  mamae +/+, puting susu menonjol +/+, retraksi -, benjolan -/-, colostrum -/-,       ronchi -, wheezing –
i) Thorak                : Jantung dalam batas normal  Paru dalam batas normal
j) Abdomen           :
·            Inspeksi: pembesaran sesuai usia kehamilan aterm, Linea Mediana hiperpigmentasi, striae albican(+), luka bekas operasi (+)
·                Palpasi
v  Leopold I           : TFU ½ px – pusat (32 cm), teraba lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II          : Perut bagian kiri teraba ada tahanan, memanjang seperti papan (punggung) (puki).
Leopold III        : Bagian bawah perut ibu teraba keras,bulat, melenting (preskep)
Leopold IV        : Divergen 3/5
v  Mc. Donald : 32 cm
v  TBJ : (32-11) x 155 cm = 3255 gram
v  HIS
ü  Frekwensi : 3-4 x/10 mnt
ü  Durasi : 40 detik.
ü  Intensitas : kuat

v Auskultasi
v   DDJ                 : (+)
v Frekwensi            : 160 x/mnt
v Irama                   : Teratur
v Intensitas                         : Kuat
f) Genitalia
v Vulva dan vagina
ü  Warna                        : Merah kebiruan.
ü  Luka              : Tidak ada
ü  Varices           : Tidak ada
ü  Oedema         : Tidak ada
v  Anus                   : Tidak ada haemorroid.
v  Pemeriksaan dalam
ü  Pembukaan                : 4-5 cm
ü  Penipisan porsio         : 50 %
ü  Konsistensi porsio     : lunak
ü  Ketuban                     : (+)
ü   Presentasi                  : kepala
g) Ekstremitas
v  Atas :       Oedema       : Tidak ada.
    Varices        : Tidak ada.
    Pergerakan : Aktif
v  Bawah :   Oedema       : Tidak ada.
 Varices        : Tidak ada.
 Pergerakan : Aktif


3.      Pemeriksaan penunjang
-

II.    INTERPRETASI DATA DASAR
Dx    : GI P00000 UK 42-43 minggu I/T/H let kep, post matur
DS :- Ibu mengatakan hamil yang pertama dengan usia kehamilan 42-43 mgg
Ibu mengatakan takut dan gelisah
DO  : - TFU ½ px- pst,pada fundus teraba bokong, puki, bagian bawah janin sudah masuk PAP.
Masalah : ibu cemas dan merasa takut
Kebutuhan :
- Dukungan psikologis
- Pendampingan secara terus menerus
- Nutrisi

III.       IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
HPP
IV.       IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
            Kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk dilakukan tindakan lebih lanjut

V.      INTERVENSI
1.      Beritahu keadaan ibu dan janinnya serta lakukan pendekatan dengan pasien.
R/ Terjalin hubungan baik dengan pasien sehingga pasien lebih kooperatif terhadap setiap tindakan yang kita lakukan.
2.      Berikan Ibu  asupan cairan per oral
R/  Asupan cairan yang diberikan dapat digunakan sebagai persiapan tenaga Ibu saat  meneran
3.   Berikan dukungan psikologis pada pasien.
R/ Ibu lebih tenang dan dapat menerima keadaannya
4.      Observasi TTV.
R/ Deteksi dini adanya komplikasi
5.      Anjurkan ibu untuk miring ke kiri
R/ dengan ibu miring ke kiri tidak akan menekan vena cava inferior karena pembesaran uterus dan mempercepat turunnya kepala.
6.      Anjurkan ibu melakukan teknik destraksi dan relaksasi
R/ teknik destraksi dan relaksasi yang tepat bisa memberikan ketenagan pada ibu dan meredakan nyeri
7.                                    Ajari ibu cara meneran yang benar dan efektif
R/ cara meneran yang benar dan efektif akan membantu proses persalinan dan mencegah pengeluaran tenaga yang sia-sia
8.         Observasi HIS dan DJJ tiap 30 menit
R/ deteksi dini adanya komplikasi
9.      Persiapan alat dan bahan pertolongan persalinan
R/ dengan persiapan yang maksimal pertolongan persalinan yang aman dan nyaman dapat terwujud
10.  Lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn pemberian therapi.
R/ Fungsi dependent bidan.





VI.             IMPLEMENTASI
1.      Melakukan pendekatan dengan pasien, sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan bidan serta memberitahu pada ibu bahwa keadaan ibu dan janinnya baik-baik saja sehingga ibu lebih kooperatif.
2.      Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi untuk memperoleh tenaga pada saat mengejan pada proses persalinan.
3.      Memberikan dukungan psikologis pada pasien dan meminta keluarga agar memberi semangat pada ibu sehingga ibu lebih tenang
4.      Mengobservasi TTV untuk mengetahui secara dini adanya komplikasi
TD                   : 120 / 80 mmHg
N                     : 88 kali/menit
RR                   : 24 kali/menit
S                      : 36º C
5. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri agar tidak menekan vena cava inferior dan mempercepat turunnya kepala.
6.      Menganjurkan ibu melakukan teknik destraksi dan relaksasi karena teknik destraksi dan relaksasi yang tepat bisa memberikan ketenagan pada ibu dan meredakan nyeri misalnya dengan menarik nafas panjang.
7.      Mengajari ibu cara meneran yang benar dan efektif karena cara meneran yang benar dan efektif akan membantu proses persalinan dan mencegah pengeluaran tenaga yang sia-sia.
8.         Mengobservasi HIS dan DJJ tiap 30 menit untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
9.      mempersiapan alat dan bahan pertolongan persalinan karena dengan persiapan yang maksimal pertolongan persalinan yang aman dan nyaman dapat terwujud. Melakukan juga teknik pencegahan infeksi
10.                Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn pemberian therapi.

VII.          EVALUASI
Tanggal 27 November 2007                               Jam 14.20 WIB.

S                   : ibu mengatakan lega karena proses persalinan berjalan normal
O                  :    - K/U Ibu   : baik
                                    Kesadaran   : Composmenitis
                                    -T               : 120/80 mmhg
                                    -N               : 84 x/menit
                                    -S                : 36º C
                                    -RR             : 22 x/menit
                                    -Perdarahan : ± 250 cc
A                  : Ibu G100000 inpartu kala I fase aktif akselerasi
P                   :
- Nutrisi di tingkatkan ( tidak pantang makanan )

- Minum obat secara teratur






0 komentar:

Posting Komentar

Beri komentar bijak Anda kepada kami...!!!

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.