EKLAMPSIA
I. Etiologi / Patogenesis
Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia
sampai saat ini masih belum sepenuhnya difahami, masih banyak ditemukan
kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”.
Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya
preeklampsia adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan
keadaan dimana jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan
ketidakmampuan invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester
satu dan trimester dua. Hal ini akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat
berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan turunnya aliran darah di
plasenta. Berikutnya akan terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal bebas,
disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi
diberbagai organ.
II. Faktor Predisposisi Terjadinya
Preeklampsia dan Eklampsia
Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus,
hipertensi essensial kronik, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar,
obesitas, riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, riwayat keluarga
pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, lebih sering dijumpai pada
penderita preeklampsia dan eklampsia.
III. Terminologi
Dahulu, disebut pre eklampsia jika dijumpai trias tanda
klinik yaitu : tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi
sekarang edema tidak lagi dimasukkan dalam kriteria diagnostik, karena edema
juga dijumpai pada kehamilan normal. Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang
4 jam, tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg digunakan sebagai pedoman.
Eklampsia adalah
pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik yang bersifat umum.
Koma yang fatal tanpa
disertai kejang pada penderita pre eklampsia juga disebut eklampsia. Namun kita
harus membatasi definisi diagnosis tersebut pada wanita yang mengalami kejang
dan kematian pada kasus tanpa kejang yang berhubungan dengan pre eklampsia
berat. Mattar dan Sibai (2000) melaporkan komplikasi – komplikasi yang terjadi
pada kasus persalinan dengan eklampsia antara tahun 1978 – 1998 di sebuah rumah
sakit di Memphis, adalah solutio plasentae (10 %), defisit neurologis (7 %),
pneumonia aspirasi (7 %), edema pulmo (5 %), cardiac arrest (4 %), acute renal
failure (4 %) dan kematian maternal (1 %)
IV. Gambaran Klinis Eklampsia
Seluruh kejang
eklampsia didahului dengan pre eklampsia. Eklampsia digolongkan menjadi kasus
antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum
persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa memandang waktu
dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai
bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi
kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10
sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup
dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot – otot
wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi
secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang – kadang begitu
hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya,
bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot –
otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara
berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya
penderita tidak bergerak.
Setelah kejang
diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik penderita
sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas
panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak
ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang – kejang
berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang
berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang
berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah
kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita
biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus –
kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat
mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang,
kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama
bahkan kematian.
Frekuensi
pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50
kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat,
tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis.
Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut
terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.
V. Komplikasi
Proteinuria hampir
selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang – kadang sampai
anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah persalinan urin output
akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikan kondisi penderita.
Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu
setelah persalinan. Apabila keadaan hipertensi menetap setelah persalinan maka
hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler kronis.
Edema pulmo dapat
terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi karena pneumonia
aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran
nafas yang disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula
karena penderita mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi
berat dan pemberian cairan yang berlebihan.
Pada beberapa kasus
eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan atau beberapa saat setelah
kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv. Apabila perdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat mengalami hemiplegia.
Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan
riwayat hipertensi kronis. Pada kasus
yang jarang perdarahan otak dapat disebabkan pecahnya aneurisma Berry atau
arterio venous malformation.
Pada kira –
kira10 % kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan variasi
tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan ini
adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada
lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik
dan biasanya pengelihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu.
Pada kira- kira
5 % kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang berat bahkan koma
yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema serebri yang luas.
Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula terjadi akibat herniasi
uncus trans tentorial.
Pada kasus yang
jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis, penderita berubah
menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari sampai sampai 2
minggu namun prognosis penderita untuk kembali normal baik asalkan tidak
terdapat kelainan psikosis sebelumnya. Pemberian obat – obat antipsikosis
dengan dosis yang tepat dan diturunkan secara bertahap terbukti efektif dalam
mengatasi masalah ini.
VI. Diagnosis Diferensial
Secara umum seorang wanita hamil aterm yang mengalami
kejang selalu didiagnosis sebagai eklampsia. Hal ini karena diagnosis
diferensial keadaan ini seperti, epilepsi, ensefalitis, meningitis, tumor otak
serta pecahnya aneurisma otak memberikan gambaran serupa dengan eklampsia.
Prinsip : setiap wanita hamil yang mengalami kejang harus didiagnosis sebagai
eklampsia sampai terbukti bukan
VII. Prognosis
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan
merupakan salah satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika Serikat kematian akibat
eklampsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan
persentase 10 % - 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira – kira 6% dari seluruh
kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207
kematian. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat
harus selalu dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil.
VIII. Manajemen
Pritchard (1955) memulai standardisasi rejimen terapi
eklampsia di Parkland Hospital dan rejimen ini sampai sekarang masih digunakan.
Pada tahun 1984 Pritchard dkk melaporkan hasil penelitiannya dengan rejimen
terapi eklampsia pada 245 kasus eklampsia. Prinsip – prinsip dasar pengelolaan eklampsia adalah
sebagai berikut :
1.
Terapi
suportif untuk stabilisasi pada penderita
2.
Selalu
diingat mengatasi masalah – masalah Airway, Breathing, Circulation
3.
Kontrol
kejang dengan pemberian loading dose MgSO4 intravena, selanjutnya dapat diikuti
dengan pemberian MgSO4 per infus atau MgSO4 intramuskuler secara loading dose
didikuti MgSO4 intramuskuler secara periodik.
4.
Pemberian
obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk menurunkan
tekanan darah, saat tekanan darah diastolik dianggap berbahaya. Batasan yang
digunakan para ahli berbeda – beda, ada yang mengatakan 100 mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli
mengatakan 110 mmHg.
5.
Koreksi
hipoksemia dan asidosis
6.
Hindari
penggunaan diuretik dan batasi pemberian cairan intra vena kecuali pada kasus
kehilangan cairan yang berat seperti muntah ataupun diare yang berlebihan.
Hindari penggunaan cairan hiperosmotik.
7.
Terminasi
kehamilan
Himpunan
Kedokteran Fetomaternal POGI telah membuat pedoman pengelolaan eklampsia yang
terdapat dalam Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia
:
A. Pengobatan Medisinal
1.
MgSO4 :
Initial dose :
- Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV (4-5 menit)
Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr IV,
diberikan sekurang - kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Bila
setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang dapat diberikan Sodium Amobarbital
3-5 mg/ kg BB IV perlahan-lahan.
- Maintenace dose : MgSO4 1 g / jam intra vena
2. Antihipertensi
diberikan jika tekanan darah diastolik
> 110 mmHg. Dapat diberikan nifedipin sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika
tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual
atau oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai kebutuhan. Penurunan
tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah diastolik jangan
kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah maksimal 30%. Penggunaan
nifedipine sangat dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat dan mudah
pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
3. Infus Ringer
Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar 2000 ml,
berpedoman kepada diuresis, insensible water loss dan CVP .
4.
Perawatan pada serangan kejang :
Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang.
Masukkan
sudip lidah ( tong spatel ) kedalam mulut penderita.
Kepala
direndahkan , lendir diisap dari daerah orofarynx.
Fiksasi badan pada tempat tidur harus aman namun cukup longgar
guna menghindari fraktur.
Pemberian oksigen.
Dipasang kateter menetap ( foley kateter ).
5. Perawatan pada penderita koma : Monitoring
kesadaran dan dalamnya koma memakai “Glasgow – Pittsburg Coma Scale “.
Perlu
diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita.
Pada koma yang lama ( > 24 jam ),
makanan melalui hidung ( NGT = Naso Gastric Tube : Neus Sonde Voeding ).
6. Diuretikum
tidak diberikan kecuali jika ada :
- Edema paru
- Gagal jantung kongestif
- Edema anasarka
7.
Kardiotonikum ( cedilanid ) jika ada
indikasi.
8.
Tidak ada respon terhadap penanganan
konservatif pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan:
Syarat
pemberian Magnesium Sulfat:
- Harus tersedia antidotum Magnesium Sulfat yaitu Kalsium Glukonas 10%, diberikan iv secara perlahan, apabila terdapat tanda – tanda intoksikasi MgSO4.
- Refleks patella (+)
- Frekuensi pernafasan > 16 kali / menit.
- Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/ jam ). Pemberian Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak perlu mempertimbangkan diurese
B. Pengobatan Obstetrik :
1. Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2.
Terminasi kehamilan
Sikap dasar : bila sudah stabilisasi (
pemulihan ) hemodinamika dan metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah salah satu
atau lebih keadaan dibawah ini :
· Setelah
pemberian obat anti kejang terakhir.
· Setelah
kejang terakhir.
· Setelah
pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.
· Penderita
mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
3. Bila anak hidup dapat dipertimbangkan bedah
Cesar.
Perawatan Pasca Persalinan
Bila
persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan
sebagaimana lazimnya.
Pemeriksaan
laboratorium dikerjakan setelah 1 x 24 jam persalinan.
Biasanya
perbaikan segera terjadi setelah 24 - 48 jam pasca persalinan.
KEPUSTAKAAN
1.
Cuningham
FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders
in Pregnancy. In : William Obstetrics. 22th ed. Conecticut : Appleton and
Lange, 2007
: 443 – 452.
2.
Dekker GA, Sibai BM. Ethiology and
Pathogenesis of Preeclampsia : Current Concept. AmJ Obstet Gynecol 1998 ; 179 :
1359 – 75.
3.
Lockwood CJ dan Paidas MJ. Preeclampsia
and Hypertensive Disorders In Wayne R. Cohen
4.
Complications of Pregnancy. 5th ed.
Philadelphia : Lippicott Williams dan Wilkins, 2000 : 207 -26.
5.
Sibai
BM. Hypertension in pregnancy. In : Obstetrics normal and problem
pregnancies. 4th edition, Churchill Livingstone USA, 2002 : 573-96.
6.
Report of the National High Blood
Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy.
AmJ. Obstet Gynecol, 2000 ; 183 : S1 – S22.
7.
Angsar
MD dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia. Himpunan
Kedokteran Fetomaternal POGI
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU GII P10001, HAMIL 39 – 40 MINGGU I/T/H
Tanggal Pengakjian : 07-12-2011 jam 14.00 WIB
Tempat : Ruang VK RS Paru Batu
I.
PENGKAJIAN
A.
Data
Subyektif
1.
Biodata
Nama
Umur
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
|
:
:
:
:
:
:
:
|
Ny. Markami
34 tahun
Islam
Jawa
SD
IRT
|
Nama Suami
Umur
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
|
:
:
:
:
:
:
|
Tn.
Ikhsan
35 tahun
Islam
Jawa
SD
Bangunan
|
2.
Keluhan
Utama
Ibu
mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng sejak tadi pagi jam 09.00 WIB
(31/3’08) dan mengeluarkan cairan warna putih kekuningan dari kemaluan
3.
Riwayat
MRS
Ibu mulai
merasakan perutnya kenceng-kenceng sejak tadi pagi jam 09.00 WIB (31/3’08),
tetapi ibu masih bisa melakukan aktifitas dirumah. Jam 14.00 WIB pasien
mengeluarkan cairan warna putih kekuningan, kemudian dibawa kebidan.
Sesampainya dibidan dibawa ke PKM jam 16.00 WIB (31/3’08) disana dilakukan
pemeriksaan dalam+infus. Lalu pasien
dirujuk ke RSUD dr. Soebandi jam 18.30 WIB sampai keruangan jam 19.30 WIB
4.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Ibu
menderita kencing manis ± 1 tahun dan darah tinggi sejak TMS III ibu tidak
sedang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis, PMS) dan penyakit sistemik
(jantung)
5.
Riwayat
Kesehatan Dahulu
Ibu sudah
menderita kencing manis ± 1 tahun, ibu tidak pernah menderita penyakit menular
(TBC, hepatitis, PMS) dan penyakit sistemik (jantung) dan menurun (hipertensi)
6.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Ibu pasien
menderita kencing manis dan darah tinggi, tidak ada yang menderita penyakit menular
(PMS, hepatitis), sistemik (jantung)
7.
Riwayat
Menstruasi
Menarche : 12 tahun Dismenorhoe : kadang-kadang
Siklus : 28 hari Flour
albus : (-)
Lama : ± 6 hari HPHT :
15 – 07 – 2007
Warna : merah HTP : 22 – 04 – 2008
Banyak : 2 x ganti pembalut /hari
8.
Riwayat
Obstetri
Kahamilan
|
Persalinan
|
Anak
|
Nifas
|
||||||||
ke
|
UK
|
JP
|
Penolong
|
tempat
|
JK
|
BB/PB
|
T/G
|
H/M
|
Umur
|
Laktasi
|
KB
|
1
2
|
10bl
Hamil ini
|
5pt
|
Bidan
|
BPS
|
♀
|
2500gr
|
T
|
H
|
6bl (†)
|
6bln
|
-
|
9.
Riwayat
Kehamilan Sekarang
Mulai ANC :
sejak usia kehamilan 4 bulan
Berapa kali :
6 kali
Tempat
periksa : posyandu
Imunisasi :
TT1 dan TT2
ANC ke I
HE : -
kontrol lagi bulan depan
-
banyak
istirahat
-
personal
higine
-
makan-makanan
bergizi
Tx : Fe,
Kalk, Vit C
Kel : -
ANC ke II
HE : -
kontrol lagi bulan depan
-
banyak
istirahat
-
personal
higine
-
makan-makanan
bergizi
Tx : Fe,
Kalk, Vit C
Kel : -
ANC ke III
HE : -
kontrol lagi bulan depan
-
banyak
istirahat
-
personal
higine
-
makan-makanan
bergizi
Tx : Fe,
Kalk, Vit C
Kel : -
ANC ke IV
HE : -
kontrol lagi bulan depan
-
banyak
istirahat
-
personal
higine
-
makan-makanan
bergizi
Tx : Fe,
Kalk, Vit C
Kel : darah tinggi
ANC ke V
HE : -
kontrol lagi bulan depan
-
banyak
istirahat
-
personal
higine
-
makan-makanan
bergizi
-
beritahukan
tanda-tanda persalinan
-
anjurkan
ibu lahir dibidan
Tx : Fe,
Kalk, Vit C
Kel : darah tinggi
ANC ke VI
HE : -
kontrol lagi bulan depan
-
banyak
istirahat
-
personal
higine
-
makan-makanan
bergizi
-
beritahukan
tanda-tanda persalinan
-
anjurkan
ibu lahir dibidan
Tx : Fe,
Kalk, Vit C
Kel : darah tinggi, kaki oedema
10.
Pola
Kebiasaan sehari-hari
Kegiatan
|
Sebelum Hamil
|
Selama Hamil
|
Nutrisi : makan
Minum
Eliminasi : BAB
BAK
Personal higine :
-
Mandi
-
Keramas
-
Gosok gigi
Istirahat : siang
Malam
Aktifitas
|
3 x/hr, nasi, sayur, lauk-pauk
3-4 gelas/hari, air putih
1-2 x/hari
4-5 x/hari
2 x/hari
2 x seminggu
2 x/hari
± 21/2 jam
± 7 jam
Melakukan pekerjaan rumah
tangga
|
3 x/hr, nasi, sayur, lauk-pauk
3-4 gelas/hari, air putih
1-2 x/hari
4-5 x/hari
2 x/hari
2 x seminggu
2 x/hari
± 2 jam
± 7 jam
Melakukan pekerjaan rumah tangga
yang ringan (nyapu)
|
11.
Riwayat
Psikososial-Spiritual
Usia pertama
menikah : 19 tahun
Status
pernikahan : sah
Pernikahan
ke : 1
Respon ibu
dalam keluaraga terhadap keluaraga : senang atas kehamilan ini
Dukungan
keluaraga terhadap ibu : baik
Pengambilan
keputusan terhadap keluaraga : suami
Beban kerja
sehari-hari : sedang
12.
Pola
Hidup Sehat
Ibu
mengatakan tidak pernah merokok, minum-minuman keras dan tidak pernah
mengkomsumsi obat-obatan terlarang
B.
Data
Obyektif
1.
Pemeriksaan
Umum
K/U : baik
Kesadaran :
Composmetis
TD : 160/110 mmHg
N : 88 x/m
RR : 24 x/m
S : 36 OC
2.
Pemeriksaan
Fisik
Muka : oedema (-),
pucat (-)
Mata : sklera
putih, Konjungtiva merah muda
Hidung : pernafasan
cuping hidung
Gilut : bibir tidak
anemis, stomatitis (-), gingivitis (-)
Leher : pembesaran kelenjar
limfe dan kelenjar tyroid (-), tidak ada pembendungan vena jugularis
Dada : retraksi
(-)
Payudara : simetris (+)/(+),
bersih (+)/(+), hiperpigmentasi areola mamae (+)/(+), papila menonjol (+)/(+),
colostrum (+)/(+), massa (-)
Abdomen : pembesaran
memanjang sesuai dengan usia kehamilan, linea nigrat (+)
L I : TFU 4 jari menurun Px (27 cm), teraba keras,
bundar, melenting di bagian fundus (kepala)
L II : teraba keras, memanjang, ada tahanan sebelah di
sebelah kiri (puti)
L III : teraba lunak, bulat,
kurang melenting di bagian bawah (bokong)
L IV : belum masuk PAP (ω)
DJJ :
132 x/menit
TBJ : 2170 gram
HIS : 1 – 2 x/10 menit lama 10 detik
Genetalia : blood slim (-), oedema (-), varises (-)
VT :
V/V taq, eff 75%, Ǿ 2cm, ket
(-) sisa hijau keruh, bokong
Ekstrimitas : simetris
atas dan bawah (+)/(+), varises (-), oedema kaki (+)/(+)
II.
Interprestasi
data dasar
Dx : Ibu GIIP10001, hamil
36-37 minggu 1 K/H innparutu kala I fase laten
dengan letsu + PEB
Ds :
ibu menyatakan perutnya terasa kenceng-kenceng sejak tadi pagi jam 09.00 wib,
tetapi ibu masih bisa melakukan aktifitas di rumah. Jam 14.00 wib pasien
mengeluarkan cairan warna putih kekuningan, kemudian di bawa ke bidan.
Sesampainkya di bidan di bawa ke PKM jam 16.00 wib (31/3 2008) kemudian
dilakukan pemeriksaan dalam + infus. Lalu pasien dirujuk ke ruangan jam 19.30
wib.
Do :
K/U : baik
|
TD : 160/110 mmHg
|
RR : 24 x/m
|
Kesadaran :
composmetis
|
N : 88 x/m
|
S : 366
0C
|
Muka :
oedema (-), pucat (-)
Gilut :
bibir tidak anemis, stomatitis (-), caries gigi
Payudara : pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
(-), pembendungan vena jugularis (-)
Abdomen : pembesaran memanjang sesuai dengan usia
kehamilan, linea nigrat (+)
L I : TFU 4 jari menurun Px (27 cm), teraba keras,
bundar, melenting di bagian fundus (kepala)
L II : teraba keras, memanjang, ada tahanan sebelah di
sebelah kiri (puti)
L III : teraba bundar, keras, melenting di bagian bawah
(bokong)
L IV : belum masuk PAP (ω)
DJJ :
132 x/menit
TBJ : 2170 gram
VT :
V/V taa, eff 75%, Ǿ 2 cm, ket (-) sisa hijau keruh, bokong
Pemeriksaan penunjang :
Protein
urine : +++
Hb : 14,1 gr/dl
Leukosit : 15,9 x/10 menit lama 10
detik
Hematokrit : 48 %
Trombosit : 305 x 109/l
|
Protein Total : 7,8 gr/dl
Albumin : 3,7 gr/dl
Globulin : 4,1 gr/dl
SGOT : 34 u/l
SGPT : 13 U/L
|
III.
Identifikasi
Masalah Potensial
Bagi ibu : eklamsi, HPP, infeksi
Bagi bayi : distress janin, after coming head
IV.
Identifikasi
kebutuhan segera
-
Oksigenasi
-
Obs
TTV
-
Obs
CHPB
V.
Intervensi
1.
Jelaskan
pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya
R/ ibu lebih mengerti dan bersikap lebih kooperatif terhadap tindakan
yang akan dilakukan
2.
Observasi
TTV
R/ deteksi dini adanya komplikasi
3.
Observasi
CHPB
R/ mengetahui keadaan dan kemajuan persalinan
4.
Ajari
teknik destraksi dan relakasasi
R/ teknik
destraksi dan relaksasi membantu mengurangi nyeri
5.
Kolaborasi
dengan dr. SpOG untuk pemberian MgSO4
R/ tugas
dependent dan untuk antisipasi kejang
6.
Berikan
infus RL 20 tpm
R/ rehidrasi
7.
Pasang
DC
R/ observasi
intake dan output
8.
Pasang
O2
R/ mencegah
distres janin
VI.
Implementasi
1.
Menjelaskan
pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya
2.
Melakukan
observasi TTV
TD :
160/110 mmHG RR : 24 x/m
N :
88 x/m S :
36 O C
3.
Melakukan
observasi CHPB
DJJ : 153 x/m
His : 1 – 2 x/10 menit lama 10 detik
Penurunan : belum masuk PAP (w)
Bendle : (-)
4.
Mengajari
ibu teknik destraksi dan relaksasi
5.
Melakukan
kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian MgSO4 dan injeksi cefotaxime
6.
Memberikan
infus RL 20 tpm
7.
Memasang
DC
8.
Memasang
O2 3 lt/menit
VII.Evaluasi tanggal 31/03 2008
S : ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng
O : TD
: 160/110 mmHg
RR : 24 x/m
N : 88 x/m S :
36 O C
LI : TFU 4 jari menurun Px (27 cm) → kepala
LII : puki
LIII : bokong
LIV : belum masuk PAP (w)
DJJ : 158 x/m (IR) His : 1 – 2 x/10 menit lama 10 detik
TBJ : 2170 gram
VT : v/v taa, portio lunak, eff 25 %, Ø 2 cm,
ket (-) sisa hijau keruh, bokong HI
Inj MgSO4
40% (10 cc) full dose boka boki (IM) ∑U = 600 cc
A : ibu
GII P1 0001 hamil 36-37 minggu I/T/H inpartu kala I fase
laten dengan letsu + PEB
P : -
Obs TTV
- Obs CHPB
- Inj MgSO4 40% (10 cc) sesuai protap
- Inj cefotaxime sesuai dengan jadwal
Catatan
perkembangan tanggal 01/04 2008 24.00
WIB
S : ibu mengatakan perutnya tambah
kenceng-kenceng dan mules
O : TD
: 160/110 mmHg
RR : 22 x/m
N : 90 x/m S :
36 O C
DJJ : 128 x/m
His : 2 x 10 menit lama 20 detik
TBJ : 2170 gram
Jam 05.00
VT : v/v taa, portio lunak, epf 25%, Ø 2 cm,
ket (-) meconial, bokong HI
Jam 24.00
WIB : Inj dexametason 2 ampul (Im)
Jam 02.00
WIB : Inj MgSO4 40% (10 cc) boka,
∑U = 170 cc
Jam 04.00
WIB : Inj cefotaxim 1 gram, ∑U =
30 cc
Jam 07.30
WIB : Inj MgSO4 40% (10 cc) bok1,
∑U = 500 cc
A : ibu
GII P1 0001 hamil 36-37 minggu I/T/H inpartu kala I fase
laten dengan letsu + FEB pre oprasi
P : -
Obs TTV
- Obs CHPB
- Inj cefo sesuai dengan jadwal
- Inj MgSO4 40% (10 cc) sesuai protap
- sceren
Informed Consent
Persiapan pasien untuk SC
Catatan
perkembangan tanggal 01/04 2008 10.00
WIB
S : ibu mengatakan telah dioperasi
O : K/U :
lemah
Kesadaran : compos mentis
TD : 150/90 mmHg RR : 24 x/m
N : 96 x/m S :
36 O C
Telah
dilakukan operasi oleh dr. Budiantoro spOG jam 09,45 WIB dan selesai jam 10.15
WIB. JK ♂, BB : 3050 gram, PB : 49 cm, AS : 3 – 5, jam 13.30 WIB inj MgSO4 40 %
(10 cc) boka, ∑U = 250 cc i, jam 19.30 WIB : inj MgSO4 40 % (10 cc) boka, inj
antrain 1 ampul, cefotaxime 1 gram, ∑U = 300 cc
A : ibu
GII P2 0002 post partum SC hari ke-0 dengan letsu+PEB
P : -
Obs TTV
- Obs CHPB
- Inj cefo sesuai dengan jadwal
- Inj MgSO4 40% (10 cc) sesuai protap
- Inj antrain sesuai jadwal
Obs intake out put
Catatan
perkembangan tanggal 01/04 2008 10.00
WIB
S : pusing, flatus (-), nyeri perut (+)
O : K/U :
baik
Kesadaran : composmentis
TD : 140/90 mmHg RR : 22 x/m
N : 104 x/m S :
36 O C
Abdomen : kembung, luka tertutup verban, nyeri tekan
(+)
Genetalia :
lochea rubra (+)
Jam 01-30
WIB : inj MgSO4 40% (10 cc) boka, ∑U = 300 cc, inj antrain 1 ampul
Jam 06.00
WIB : piton 1 ampul
Jam 12.00
WIB : inj cefotaxime 1 gram, inj antrain 1 ampul
Jam 18.00
WIB : inj cefotaxime 1 gram, inj antrain 1 ampul
A : ibu
GII P2 0002 post partum SC hari ke-1 dengan letsu+PEB
P : - Obs TTV -
Obs pengeluraan lochea
- Obs intake output - Rawat luka operasi
- Obs tinggi fundus uteri
0 komentar:
Posting Komentar
Beri komentar bijak Anda kepada kami...!!!