Sabtu, 06 Oktober 2012

EKLAMPSIA


EKLAMPSIA



I.     Etiologi / Patogenesis
Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini masih belum sepenuhnya difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya preeklampsia adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi diberbagai organ.

II.   Faktor Predisposisi Terjadinya Preeklampsia dan Eklampsia
Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.

III.  Terminologi
       Dahulu, disebut pre eklampsia jika dijumpai trias tanda klinik yaitu : tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi sekarang edema tidak lagi dimasukkan dalam kriteria diagnostik, karena edema juga dijumpai pada kehamilan normal. Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg digunakan sebagai pedoman.
Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita pre eklampsia juga disebut eklampsia. Namun kita harus membatasi definisi diagnosis tersebut pada wanita yang mengalami kejang dan kematian pada kasus tanpa kejang yang berhubungan dengan pre eklampsia berat. Mattar dan Sibai (2000) melaporkan komplikasi – komplikasi yang terjadi pada kasus persalinan dengan eklampsia antara tahun 1978 – 1998 di sebuah rumah sakit di Memphis, adalah solutio plasentae (10 %), defisit neurologis (7 %), pneumonia aspirasi (7 %), edema pulmo (5 %), cardiac arrest (4 %), acute renal failure (4 %) dan kematian maternal (1 %)

IV.  Gambaran Klinis Eklampsia
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre eklampsia. Eklampsia digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot – otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang – kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot – otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tidak bergerak.
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus – kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama bahkan kematian.
Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50 kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.

V.   Komplikasi
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang – kadang sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikan kondisi penderita. Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu setelah persalinan. Apabila keadaan hipertensi menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler kronis.     
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi karena pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas yang disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena penderita mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat dan pemberian cairan yang berlebihan.
Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan atau beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv. Apabila perdarahan otak tersebut tidak fatal  maka penderita dapat mengalami hemiplegia. Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan riwayat hipertensi kronis. Pada  kasus yang jarang perdarahan otak dapat disebabkan pecahnya aneurisma Berry atau arterio venous malformation.
Pada kira – kira10 % kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan ini adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik dan biasanya pengelihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu.
Pada kira- kira 5 % kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang berat bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema serebri yang luas. Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula terjadi akibat herniasi uncus trans tentorial.
Pada kasus yang jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis, penderita berubah menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari sampai sampai 2 minggu namun prognosis penderita untuk kembali normal baik asalkan tidak terdapat kelainan psikosis sebelumnya. Pemberian obat – obat antipsikosis dengan dosis yang tepat dan diturunkan secara bertahap terbukti efektif dalam mengatasi masalah ini.

VI.  Diagnosis Diferensial
Secara umum seorang wanita hamil aterm yang mengalami kejang selalu didiagnosis sebagai eklampsia. Hal ini karena diagnosis diferensial keadaan ini seperti, epilepsi, ensefalitis, meningitis, tumor otak serta pecahnya aneurisma otak memberikan gambaran serupa dengan eklampsia. Prinsip : setiap wanita hamil yang mengalami kejang harus didiagnosis sebagai eklampsia sampai terbukti bukan

VII.   Prognosis
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % - 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira – kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil.

VIII.    Manajemen
Pritchard (1955) memulai standardisasi rejimen terapi eklampsia di Parkland Hospital dan rejimen ini sampai sekarang masih digunakan. Pada tahun 1984 Pritchard dkk melaporkan hasil penelitiannya dengan rejimen terapi eklampsia pada 245 kasus eklampsia. Prinsip – prinsip dasar pengelolaan eklampsia adalah sebagai berikut :
1.    Terapi suportif untuk stabilisasi pada penderita
2.    Selalu diingat mengatasi masalah – masalah Airway, Breathing, Circulation
3.    Kontrol kejang dengan pemberian loading dose MgSO4 intravena, selanjutnya dapat diikuti dengan pemberian MgSO4 per infus atau MgSO4 intramuskuler secara loading dose didikuti MgSO4 intramuskuler secara periodik.
4.    Pemberian obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk menurunkan tekanan darah, saat tekanan darah diastolik dianggap berbahaya. Batasan yang digunakan para ahli berbeda – beda, ada yang mengatakan  100 mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli mengatakan 110 mmHg.
5.    Koreksi hipoksemia dan asidosis
6.    Hindari penggunaan diuretik dan batasi pemberian cairan intra vena kecuali pada kasus kehilangan cairan yang berat seperti muntah ataupun diare yang berlebihan. Hindari penggunaan cairan hiperosmotik.
7.    Terminasi kehamilan

Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI telah membuat pedoman pengelolaan eklampsia yang terdapat dalam Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia :
A. Pengobatan Medisinal
1. MgSO4 :
Initial dose :
- Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV (4-5 menit)
Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr IV, diberikan sekurang - kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang dapat diberikan Sodium Amobarbital 3-5 mg/ kg BB IV perlahan-lahan.
- Maintenace dose : MgSO4 1 g / jam intra vena
2. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg. Dapat diberikan nifedipin sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual atau oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah diastolik jangan kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah maksimal 30%. Penggunaan nifedipine sangat dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
3. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar 2000 ml, berpedoman kepada diuresis, insensible water loss dan CVP .
4. Perawatan pada serangan kejang :
     Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang.
Masukkan sudip lidah ( tong spatel ) kedalam mulut penderita.
Kepala direndahkan , lendir diisap dari daerah orofarynx.
Fiksasi badan pada tempat tidur harus aman namun cukup longgar guna menghindari fraktur.
Pemberian oksigen.
Dipasang kateter menetap ( foley kateter ).
5.  Perawatan pada penderita koma : Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai “Glasgow – Pittsburg Coma Scale “.
     Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita.
     Pada koma yang lama ( > 24 jam ), makanan melalui hidung ( NGT = Naso Gastric Tube : Neus Sonde Voeding ).
6. Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada :
- Edema paru
- Gagal jantung kongestif
- Edema anasarka
7. Kardiotonikum ( cedilanid ) jika ada indikasi.
8. Tidak ada respon terhadap penanganan konservatif pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan:
Syarat pemberian Magnesium Sulfat:
  • Harus tersedia antidotum Magnesium Sulfat yaitu Kalsium Glukonas 10%, diberikan iv secara perlahan, apabila terdapat tanda – tanda intoksikasi MgSO4.
  • Refleks patella (+)
  • Frekuensi pernafasan > 16 kali / menit.
  • Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/ jam ). Pemberian Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak perlu mempertimbangkan diurese
  •  
B. Pengobatan Obstetrik :
1.  Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2. Terminasi kehamilan
     Sikap dasar : bila sudah stabilisasi ( pemulihan ) hemodinamika dan metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :
·    Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
·    Setelah kejang terakhir.
·    Setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.
·    Penderita mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
3.  Bila anak hidup dapat dipertimbangkan bedah Cesar.

Perawatan Pasca Persalinan
Bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 1 x 24 jam persalinan.
Biasanya perbaikan segera terjadi setelah 24 - 48 jam pasca persalinan.

KEPUSTAKAAN

1.        Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders in Pregnancy. In : William Obstetrics. 22th ed. Conecticut : Appleton and Lange, 2007 : 443 – 452.
2.        Dekker GA, Sibai BM. Ethiology and Pathogenesis of Preeclampsia : Current Concept. AmJ Obstet Gynecol 1998 ; 179 : 1359 – 75.
3.        Lockwood CJ dan Paidas MJ. Preeclampsia and Hypertensive Disorders In Wayne R. Cohen
4.        Complications of Pregnancy. 5th ed. Philadelphia : Lippicott Williams dan Wilkins, 2000 : 207 -26.
5.        Sibai BM. Hypertension in pregnancy. In : Obstetrics normal and problem pregnancies. 4th edition, Churchill Livingstone USA, 2002 : 573-96.
6.        Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy. AmJ. Obstet Gynecol, 2000 ; 183 : S1 – S22.
7.        Angsar MD dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI


















ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU GII P10001, HAMIL 3940 MINGGU I/T/H

Tanggal Pengakjian         : 07-12-2011 jam 14.00 WIB
Tempat                                : Ruang VK RS Paru Batu 
I.         PENGKAJIAN
A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama
Umur
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
Ny. Markami
34 tahun
Islam
Jawa
SD
IRT


Nama Suami
Umur
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan

:
:
:
:
:
:

Tn. Ikhsan
35 tahun
Islam
Jawa
SD
Bangunan

2.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng sejak tadi pagi jam 09.00 WIB (31/3’08) dan mengeluarkan cairan warna putih kekuningan dari kemaluan
3.      Riwayat MRS
Ibu mulai merasakan perutnya kenceng-kenceng sejak tadi pagi jam 09.00 WIB (31/3’08), tetapi ibu masih bisa melakukan aktifitas dirumah. Jam 14.00 WIB pasien mengeluarkan cairan warna putih kekuningan, kemudian dibawa kebidan. Sesampainya dibidan dibawa ke PKM jam 16.00 WIB (31/3’08) disana dilakukan pemeriksaan  dalam+infus. Lalu pasien dirujuk ke RSUD dr. Soebandi jam 18.30 WIB sampai keruangan jam 19.30 WIB
4.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu menderita kencing manis ± 1 tahun dan darah tinggi sejak TMS III ibu tidak sedang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis, PMS) dan penyakit sistemik (jantung)
5.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu sudah menderita kencing manis ± 1 tahun, ibu tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, hepatitis, PMS) dan penyakit sistemik (jantung) dan menurun (hipertensi)
6.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien menderita kencing manis dan darah tinggi, tidak ada yang menderita penyakit menular (PMS, hepatitis), sistemik (jantung)
7.      Riwayat Menstruasi
Menarche             : 12 tahun        Dismenorhoe   :  kadang-kadang
Siklus                   :  28 hari          Flour albus      :  (-)
Lama                    :  ± 6 hari         HPHT              :  15 – 07 – 2007
Warna                   :  merah           HTP                 :  22 – 04 – 2008
Banyak                 :  2 x ganti pembalut /hari
8.      Riwayat Obstetri
Kahamilan
Persalinan
Anak
Nifas
ke
UK
JP
Penolong
tempat
JK
BB/PB
T/G
H/M
Umur
Laktasi
KB
1
2
10bl
Hamil ini
5pt
Bidan
BPS
2500gr
T
H
6bl (†)
6bln
-

9.      Riwayat Kehamilan Sekarang
Mulai ANC          :  sejak usia kehamilan 4 bulan
Berapa kali           :  6 kali
Tempat periksa     :  posyandu
Imunisasi              :  TT1 dan TT2
ANC ke I
HE    :  -   kontrol lagi bulan depan
-       banyak istirahat
-       personal higine
-       makan-makanan bergizi
Tx     : Fe, Kalk, Vit C
Kel  : -
ANC ke II
HE    :  -   kontrol lagi bulan depan
-       banyak istirahat
-       personal higine
-       makan-makanan bergizi
Tx     : Fe, Kalk, Vit C
Kel  : -
ANC ke III
HE    :  -   kontrol lagi bulan depan
-       banyak istirahat
-       personal higine
-       makan-makanan bergizi
Tx     : Fe, Kalk, Vit C
Kel  : -

ANC ke IV
HE    :  -   kontrol lagi bulan depan
-       banyak istirahat
-       personal higine
-       makan-makanan bergizi
Tx     : Fe, Kalk, Vit C
Kel  : darah tinggi
ANC ke V
HE    :  -   kontrol lagi bulan depan
-       banyak istirahat
-       personal higine
-       makan-makanan bergizi
-       beritahukan tanda-tanda persalinan
-       anjurkan ibu lahir dibidan
Tx     : Fe, Kalk, Vit C
Kel  : darah tinggi
ANC ke VI
HE    :  -   kontrol lagi bulan depan
-       banyak istirahat
-       personal higine
-       makan-makanan bergizi
-       beritahukan tanda-tanda persalinan
-       anjurkan ibu lahir dibidan
Tx     : Fe, Kalk, Vit C
Kel  : darah tinggi, kaki oedema
10.  Pola Kebiasaan sehari-hari
Kegiatan
Sebelum Hamil
Selama Hamil
Nutrisi : makan
             Minum
Eliminasi : BAB
                 BAK
Personal higine :
-          Mandi
-          Keramas
-          Gosok gigi
Istirahat : siang
               Malam
Aktifitas
3 x/hr, nasi, sayur, lauk-pauk
3-4 gelas/hari, air putih
1-2 x/hari
4-5 x/hari

2 x/hari
2 x seminggu
2 x/hari
± 21/2 jam
± 7 jam
Melakukan pekerjaan rumah tangga 

3 x/hr, nasi, sayur, lauk-pauk
3-4 gelas/hari, air putih
1-2 x/hari
4-5 x/hari

2 x/hari
2 x seminggu
2 x/hari
± 2 jam
± 7 jam
Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan (nyapu)


11.  Riwayat Psikososial-Spiritual
Usia pertama menikah                              :  19 tahun
Status pernikahan                                     :  sah
Pernikahan ke                                           :  1
Respon ibu dalam keluaraga terhadap keluaraga : senang atas kehamilan ini
Dukungan keluaraga terhadap ibu           :  baik
Pengambilan keputusan terhadap keluaraga        :  suami
Beban kerja sehari-hari                             :  sedang
12.  Pola Hidup Sehat
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum-minuman keras dan tidak pernah mengkomsumsi obat-obatan terlarang

B.     Data Obyektif
1.      Pemeriksaan Umum
K/U                      :  baik
Kesadaran            :  Composmetis
TD                        :  160/110 mmHg
N                          :  88 x/m
RR                        :  24 x/m
S                           :  36 OC
2.      Pemeriksaan Fisik
Muka                   : oedema (-), pucat (-)
Mata                    : sklera putih, Konjungtiva merah muda
Hidung                : pernafasan cuping hidung
Gilut                    : bibir tidak anemis, stomatitis (-), gingivitis (-)
Leher                   : pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid (-), tidak ada pembendungan vena jugularis
Dada                    : retraksi (-)
Payudara             : simetris (+)/(+), bersih (+)/(+), hiperpigmentasi areola mamae (+)/(+), papila menonjol (+)/(+), colostrum (+)/(+), massa (-)
Abdomen            : pembesaran memanjang sesuai dengan usia kehamilan, linea nigrat (+)
L I       : TFU 4 jari menurun Px (27 cm), teraba keras, bundar, melenting di bagian fundus (kepala)
L II     : teraba keras, memanjang, ada tahanan sebelah di sebelah kiri (puti)
L III    : teraba lunak, bulat, kurang melenting di bagian bawah (bokong)
L IV    : belum masuk PAP (ω)
DJJ      :            132 x/menit
TBJ     : 2170 gram
HIS     : 1 – 2 x/10 menit lama 10 detik
  Genetalia           : blood slim (-), oedema (-), varises (-)
VT       :            V/V taq, eff 75%, Ǿ 2cm, ket (-) sisa hijau keruh, bokong
Ekstrimitas          :            simetris atas dan bawah (+)/(+), varises (-), oedema kaki (+)/(+)
II.      Interprestasi data dasar
Dx       : Ibu GIIP10001, hamil 36-37 minggu 1 K/H innparutu kala I fase laten  dengan letsu + PEB
Ds        : ibu menyatakan perutnya terasa kenceng-kenceng sejak tadi pagi jam 09.00 wib, tetapi ibu masih bisa melakukan aktifitas di rumah. Jam 14.00 wib pasien mengeluarkan cairan warna putih kekuningan, kemudian di bawa ke bidan. Sesampainkya di bidan di bawa ke PKM jam 16.00 wib (31/3 2008) kemudian dilakukan pemeriksaan dalam + infus. Lalu pasien dirujuk ke ruangan jam 19.30 wib.
Do       :
K/U : baik
TD : 160/110 mmHg
RR : 24 x/m
Kesadaran : composmetis
N : 88 x/m
S : 366 0C
Muka   : oedema (-), pucat (-)
Gilut    : bibir tidak anemis, stomatitis (-), caries gigi
Payudara : pembesaran kelenjar limfe dan tiroid (-), pembendungan vena jugularis (-)
Abdomen            : pembesaran memanjang sesuai dengan usia kehamilan, linea nigrat (+)
L I       : TFU 4 jari menurun Px (27 cm), teraba keras, bundar, melenting di bagian fundus (kepala)
L II     : teraba keras, memanjang, ada tahanan sebelah di sebelah kiri (puti)
L III    : teraba bundar, keras, melenting di bagian bawah (bokong)
L IV    : belum masuk PAP (ω)
DJJ      :            132 x/menit
TBJ     : 2170 gram
VT       : V/V taa, eff 75%, Ǿ 2 cm, ket (-) sisa hijau keruh, bokong
Pemeriksaan penunjang :
Protein urine             : +++
Hb                           : 14,1 gr/dl
Leukosit             : 15,9 x/10 menit lama  10  detik
Hematokrit               :  48 %
Trombosit                :  305 x 109/l
Protein Total            : 7,8 gr/dl
Albumin                  : 3,7 gr/dl
Globulin                  : 4,1 gr/dl
SGOT                      : 34 u/l
SGPT                       : 13 U/L

III.   Identifikasi Masalah Potensial
Bagi ibu    : eklamsi, HPP, infeksi
Bagi bayi : distress janin, after coming head
IV.   Identifikasi kebutuhan segera
-       Oksigenasi
-       Obs TTV
-       Obs CHPB
V.      Intervensi
1.      Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya
R/ ibu lebih mengerti dan bersikap lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan
2.      Observasi TTV
R/ deteksi dini adanya komplikasi
3.      Observasi CHPB
R/ mengetahui keadaan dan kemajuan persalinan
4.      Ajari teknik destraksi dan relakasasi
R/ teknik destraksi dan relaksasi membantu mengurangi nyeri 
5.      Kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian MgSO4
R/ tugas dependent dan untuk antisipasi  kejang
6.      Berikan infus RL 20 tpm
R/ rehidrasi
7.      Pasang DC
R/ observasi intake dan output
8.      Pasang O2
R/ mencegah distres janin
VI.   Implementasi
1.      Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya
2.      Melakukan observasi TTV
TD      :  160/110 mmHG                   RR  : 24 x/m
N        :  88 x/m                                  S     :  36 O C
3.      Melakukan observasi CHPB
DJJ     : 153 x/m
His      : 1 – 2 x/10 menit lama 10 detik
Penurunan    : belum masuk PAP (w)
Bendle : (-)
4.      Mengajari ibu teknik destraksi dan relaksasi
5.      Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian MgSO4 dan injeksi cefotaxime
6.      Memberikan infus RL 20 tpm
7.      Memasang DC
8.      Memasang O2 3 lt/menit
VII.Evaluasi    tanggal 31/03   2008
S   : ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng
O  : TD    : 160/110 mmHg                 RR    : 24 x/m
  N      :  88 x/m                                  S     :  36 O C
LI      : TFU 4 jari menurun Px (27 cm) → kepala
LII    : puki
LIII   : bokong
LIV   : belum masuk PAP (w)
DJJ    : 158 x/m (IR)             His : 1 – 2 x/10 menit lama 10 detik
TBJ   : 2170 gram
VT     : v/v taa, portio lunak, eff 25 %, Ø 2 cm, ket (-) sisa hijau keruh, bokong HI
Inj MgSO4 40% (10 cc) full dose boka boki (IM) ∑U = 600 cc
A  : ibu GII P1 0001 hamil 36-37 minggu I/T/H inpartu kala I fase laten dengan letsu + PEB
P   : - Obs TTV
- Obs CHPB
- Inj MgSO4 40% (10 cc) sesuai protap
- Inj cefotaxime sesuai dengan jadwal 
Catatan perkembangan tanggal 01/04  2008 24.00 WIB
S   : ibu mengatakan perutnya tambah kenceng-kenceng dan mules
O  : TD    : 160/110 mmHg                 RR    : 22 x/m
  N      :  90 x/m                                  S     :  36 O C
DJJ    : 128 x/m
His    : 2 x 10 menit lama 20 detik
TBJ   : 2170 gram
Jam 05.00
VT     : v/v taa, portio lunak, epf 25%, Ø 2 cm, ket (-) meconial, bokong HI
Jam 24.00 WIB         : Inj dexametason 2 ampul (Im)
Jam 02.00 WIB         : Inj MgSO4 40% (10 cc) boka, ∑U = 170 cc
Jam 04.00 WIB         : Inj cefotaxim 1 gram, ∑U = 30 cc
Jam 07.30 WIB         : Inj MgSO4 40% (10 cc) bok1, ∑U = 500 cc
A  : ibu GII P1 0001 hamil 36-37 minggu I/T/H inpartu kala I fase laten dengan letsu + FEB pre oprasi
P   : - Obs TTV
- Obs CHPB
- Inj cefo sesuai dengan jadwal 
- Inj MgSO4 40% (10 cc) sesuai protap
- sceren
Informed Consent
Persiapan pasien untuk SC
Catatan perkembangan tanggal 01/04  2008 10.00 WIB
S   : ibu mengatakan telah dioperasi
O  : K/U   : lemah
Kesadaran     : compos mentis
TD    : 150/90 mmHg                        RR    : 24 x/m
  N      :  96 x/m                                  S     :  36 O C
Telah dilakukan operasi oleh dr. Budiantoro spOG jam 09,45 WIB dan selesai jam 10.15 WIB. JK ♂, BB : 3050 gram, PB : 49 cm, AS : 3 – 5, jam 13.30 WIB inj MgSO4 40 % (10 cc) boka, ∑U = 250 cc i, jam 19.30 WIB : inj MgSO4 40 % (10 cc) boka, inj antrain 1 ampul, cefotaxime 1 gram, ∑U = 300 cc
A  : ibu GII P2 0002 post partum SC hari ke-0 dengan letsu+PEB
P   : - Obs TTV
- Obs CHPB
- Inj cefo sesuai dengan jadwal 
- Inj MgSO4 40% (10 cc) sesuai protap
- Inj antrain sesuai jadwal
Obs intake out put
Catatan perkembangan tanggal 01/04  2008 10.00 WIB
S   : pusing, flatus (-), nyeri perut (+)
O  : K/U   : baik
Kesadaran     : composmentis
TD    : 140/90 mmHg                        RR    : 22 x/m
  N      :  104 x/m                                S     :  36 O C
Abdomen   : kembung, luka tertutup verban, nyeri tekan (+)
Genetalia : lochea rubra (+)
Jam 01-30 WIB : inj MgSO4 40% (10 cc) boka, ∑U = 300 cc, inj antrain 1 ampul
Jam 06.00 WIB : piton 1 ampul
Jam 12.00 WIB : inj cefotaxime 1 gram, inj antrain 1 ampul
Jam 18.00 WIB : inj cefotaxime 1 gram, inj antrain 1 ampul
A  : ibu GII P2 0002 post partum SC hari ke-1 dengan letsu+PEB
P        :  - Obs TTV                                        - Obs pengeluraan lochea
             - Obs intake output                          - Rawat luka operasi
             - Obs tinggi fundus uteri



0 komentar:

Posting Komentar

Beri komentar bijak Anda kepada kami...!!!

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.