ULCUS PORTIO
I.
PENGERTIAN
Ulkus
adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir.
Ulcus portio adalah kerusakan local atau ekskatasi permukaan
organ atau jaringan yang ditimbulkan oleh terkelupasnya jaringan nekrotik
radang (Kamus Doland 1998 : 1132)
II.
ETIOLOGI
Walaupun
dalam arti biologis sebabnya belum diketahui tapi ada keadaan tertentu yang
berhubungan sangat erat sekali dengan penyaikit ini. Sehingga hal ini dianagap
sebagai faktor-faktor etiologi, diantaranya :
-
Umumnya terjadi pada pasangan yang pasanganya tidak disunat,
hal ini karena terdapat sekumpulan smegma pada penis.
-
Kawin muda, coitus pertama pada usia muda antara 15-20 tahun
-
Suka ganti-ganti pasangan
-
Paritas banyak
III. TANDA DAN GEJALA
a.
Perdarahan
Sifatnya
intermenstruil atau perdarahan banyak (ex : setclah berhubungan atau coitus
(contact blooding))
b.
Keputihan
Menyerupai
air tidak gatal kadang-kadang timbulnva sebelum ada perdarahan. Pada stadium
lebih lanjut cairan yang keluar dari vagina lama-lama akan berbau busuk akibat
nekrosis atau infeksi pada cairan tumor.
IV. KOMPLIKASI
Terjadinya metastase ke tempat-tempat jauh (ex : hepar,
paru-paru, otak dan lain-lain)
V.
PATOFISIOLOGI
![]() ![]() |
![]() ![]() |
Wanita yang suka
Ganti-ganti pasangan
|
![]() |
|||
|
Squamous cell / epidermoid
|
|
||||
|
![]() |
|
||||
|
Timbul lesi disekitar ostium
eksterna
|
|
||||
|
![]() |
|
||||
|
Mengenai sebagian besar atau
seluruh bibir portio
|
|
||||
|
![]() |
|
||||
![]() ![]() |
![]() |
![]() |
||||
Endofilik
|
|
|
Eksofilik
|
|||
![]() |
|
|
![]() |
|||
![]() ![]() |
|
|
![]() |
|||
![]() ![]() |
Terjadi ulcus
|
![]() |
||||
![]() |
infeksi
|
![]() |
||||
Anemia
|
|
|
Gangguan rasa nyaman
|
VI. PENATALAKSANAAN
Motivasi
ibu untuk dirujuk untuk medapatkan penanganan oleh dokter SpOG
Penatalaksanaan Medis
Jika ulcus portio merupakan gejala dari servicitis, maka
penatalaksanaannva :
·
Antibiotika terutama bila ada gonococcus
dan secret
·
Jika cervicitis tidak spesifik diobati dengan rendaman AgNO3
10% dan irigasi
·
Konisasi
Konisasi dilakukan bila
- proses dicurigai ada di endoserviks;
- lesi tidak tampak seluruhnya dengan kolposkopi;
- diagnosis mikroinvasif ditegakkan hanya dari biopsi
- ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histologik
- pasien sukar di follow up secara terus menerus.
Konisasi
ini dilakukan dengan pisau atau alat khusus dan jangan dengan alat hot cones. Konisasi mencakup ekso dan
endoserviks. Konisasi dapat diarahkan dengan kolposkopi atau tes Schiller. Paling sedikit, kanalis servikalis terambil 50% tanpa
mengenai ostium uteri intemum. Sesudah konisasi, dilanjutkan
dengan kuretase sisa kanalis servikalis.
VII.KONSEP ASKEB
ASUHAN KFBIDANAN
Pada Ibu P.....dengan ULCUS PORTIO
I.
PFNGKAJIAN (TANGGAL......................JAM........)
A.
DATA SUBYEKTIF
1.
Biodata
Umur penderita 15-20 tahun dan wanita usia subur
2.
Keluhan Utama
Terdapat perdarahan dan keputihan
3.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Perdarahan
sifatnya intermenstruil atau perdarahan kontak, keputihan menyerupai air, tidak
gatal kadang—kadang timbul sebelumnya ada perdarahan. Pada stadium lanjut
cairan yang keluar dari vagina lama-lama akan berbau busuk.
4.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak
mempengaruhi
5.
Riwayat Kesehatan dahulu
Terjadi
pada ibu yang mempunyai riwayat erosi portio
6.
Riwayat Perkawinan
Kawin
pada usia muda
7.
Riwayat Menstruasi
Menstruasi
tidak teratur ex:hipermenore, bersifat intermenstruil
8.
Riwayat Obstetri
Paritas
tinggi
9.
Riwayat KB
Akseptor
AKDR sebagai salah satu factor predisposisi
10.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.
Pola Seksual
-
Ganti-ganti pasangan
-
Frekuensi coitus tinggi
b.
Pola Nutrisi
Nutrisi jelek
c.
Pola Kebersihan
Genetalia kurang bersih
11. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan cemas
B.
DATA OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan Umum
TTV
TD :
100-120/ 80-90 mmHg nadi
: >90x/ menit
Suhu
: febris (37,5 C) RR: 16-20x/ menit
2.
Pemeriksaan Fisik
-
Mata : Conjungtiva
anemis
-
Mulut : Bibir dan lidah pucat
-
Genetalia : Inspekulo : Darah (+), Fluor albus (+), terdapat
jaringan nekrotik pada portio
3.
Pemeriksaan penunjang
Pap smear
Preparat basah
II.
INTEPRETASI DATA DASAR
Dx : Ibu P....... dengan ulcus portio
DS : Ibu mengatakan perdarahan dan keputihan
DO : - Mata :
Conjungtiva anemis
-
Mulut :Bibir dan lidah
pucat
-
Genetalia : Darah(+)fluor albus (+), terdapat jaringan nekrotik
pada portio
Masalah : ibu merasa cemas
Ds : ibu mengatakan saat ini
merasa cemas akan keadaannya
Do : ibu tampak cemas
TTV : TD : >120/90 mmHg
Nadi:
>90x/ menit
III.
ANTISPASI MASALAH POTENSIAL
-
Infeksi lebih lanjut/ meluas
-
Anemia
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk
pemberian terapi
-
Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk
tindakan selanjutnya
V.
INTERVENSI
1. Jelaskan pada ibu tentang gejala akibat perdarahan dan keputihan
R/ : Ibu lebih tenang, dan mengerti teentang keadaannya
2. Anjurkan ibu untuk Pap Smear tiap 6 bulan sekali
R/ :
Mendeteksi apakah ada kelainan
3.
Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan genetalia dengan mengganti celana dalam sesering mungkin
R/ :
Mencegah perkembangan kuman
4.
Anjurkan ibu makan rnakanan bergizi / TKTP
R/ :
Meningkatkan daya tahan tubuh dan mengganti sel yang rusak
5.
Anjurkan pada ibu untuk tidak berhubungan seksual sementara
waktu sampai sembuh
R/ :
Mencegah penularan penyakit dan memperburuk kondisi ibu
6.
Kolaborasi dengan dokter obgyn tentang terapi penyakit dan
pengobatan
R/ :
Mendapat penanganan tepat
VI.
IMPLEMENTASI
Sesuai
intervensi
VII.EVALUASI
S : ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang
diberikan dan akan memeriksakan diri ke dokter obgyn
O : ibu banyak
bertanya dan dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan. Ibu juga tampak
cemas
A : ibu P........ dengan ulcus portio post konseling.
P : Anjurkan ibu segera memeriksakan diri ke dokter
obgyn
POLIP
PENGERTIAN
·
Polip adalah suatu adenoma maupun adenofibroma yang berasal
dari selaput lendir endoserviks. (Ilmu Kandungan, 1999 ; 336)
·
Polip cervicis adalah pertumbuhan bertangkai vaskuler yang
biasanya muncul pada endoserviks dan menonjol melebihi ostium uteri eksternum
(Kegawat Daruratan Obstetri, 1994; 125)
·
Polip adalah setiap pertumbuhan atau massa yang menonjol dari membran mukosa.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland, 1998; 379)
ETIOLOGI
·
Penyebabnya belum jelas, meskipun penampilannya menggambarkan
respon epitel endoserviks terhadap proses
peradangan.
· Polip dapat berkembang karena pengaruh radang maupun virus.
TANDA DAN GEJALA
Sering tidak menimbulkan apa-apa dan baru diketahui pada pemeriksaan rutin
lainnya. Kalau besar dapat menyebabkan fluor dan perdarahan intermenstruil atau
perdarahan kontak setelah coitus. Mengedan
terlalu kuat seperti waktu
defekas, dapat pula menyebabkan perdarahan.
DIAGNOSIS
Diagnosa
ditegakkan atas dasar pemeriksaan
1.
Inspeksi : melalui pemeriksaan inspekulo didapatkan polip
tampak menonjol portio
2.
Palpasi : melalui pemeriksaan bimanual didapatkan/teraba massa di atas suprapubik
3.
Biopsi : ditemukan sel tumor pada jaringan yang diperiksa
PENANGANAN
·
Jika suatu polip prolaps melalui serviks maka polip dapat dipuntir putus dengan forcep polip
·
Ekstirpasi (pengangkatan atau penghancuran total jaringan
polip)
·
Jika perdarahan akibat polip
berlangsung, terus tindakan yang dilakukan adalah dilatasi dan kuretase
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai
alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus
melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan
besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya
perforasi.
Persiapan Sebelum Kuretase:
1.
Persiapan Penderita
Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya.
Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya.
Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
2.
Persiapan Alat – alat Kuretase
Alat – alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic (suci hama) berisi :
Speculum dua buah
Sonde (penduga) uterus
Cunam muzeus atau Cunam porsio
Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret)
Cunam abortus kecil dan besar
Pinset dan klem
Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
Alat – alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic (suci hama) berisi :
Speculum dua buah
Sonde (penduga) uterus
Cunam muzeus atau Cunam porsio
Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret)
Cunam abortus kecil dan besar
Pinset dan klem
Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
3.
Penderita ditidurkan dalam
posisi lithotomi
4.
Pada umumnya diperlukan
anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.
Teknik Kuretase
1.
Tentukan Letak Rahim.
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat – alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat – alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.
2.
Penduga Rahim (Sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
3.
Dilatasi
Bila permukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuret, lakukanlah terlebih dulu dilatasi dengan dilatator atau Bougie Hegar. Peganglah busi seperti memegang pensil dan masukkanlah hati – hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai Hegar nomor 7. Untuk mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi yang lebih besar.
Bila permukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuret, lakukanlah terlebih dulu dilatasi dengan dilatator atau Bougie Hegar. Peganglah busi seperti memegang pensil dan masukkanlah hati – hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai Hegar nomor 7. Untuk mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi yang lebih besar.
4.
Kuretase
Seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuret yang agak besar. Memasukkannya bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah sendok kuret yang tajam (ada tanda bergerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa sewaktu melakukan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian kita tahu bersih atau tidaknya hasil kerokan.
Seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuret yang agak besar. Memasukkannya bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah sendok kuret yang tajam (ada tanda bergerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa sewaktu melakukan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian kita tahu bersih atau tidaknya hasil kerokan.
5.
Cunam Abortus
Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan demikian sendok kuret hanya dipakai untuk membersihkan sisa – sisa yang ketinggalan saja.
Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan demikian sendok kuret hanya dipakai untuk membersihkan sisa – sisa yang ketinggalan saja.
6.
Perhatian :
Memegang, mamasukkan dan menarik alat – alat haruslah hati – hati. Lakukanlah dengan lembut (with lady’s hand) sesuai dengan arah dan letak rahim.
Memegang, mamasukkan dan menarik alat – alat haruslah hati – hati. Lakukanlah dengan lembut (with lady’s hand) sesuai dengan arah dan letak rahim.
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ibu P10001 dengan POLIP CERVIKS
Pada Ibu P10001 dengan POLIP CERVIKS
I.
PENGKAJIAN
A.
Data Subjektif
1.
Biodata
sering
terjadi pada usia 40-60 tahun (Ginekologi Greenhill, 1988 : 46)
2.
Keluhan Utama
Ibu
mengatakan mengalami perdarahan bercak, perdarahan di luar siklus haid, perdarah
yang banyak saat haid, perdarahan setelah bersenggama, perdarahan post
menopause.
3.
Riwayat Kesehatan Sekarang
lbu
mengatakan mengalami perdarahan bercak di luar siklus haid dalam jumlah banyak
4.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu
pemah mernpunyai riwayat polip
5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
-
6.
Riwayat Menstruasi
Siklus : tidak teratur
Banyak : lebib dari 4 duk/hari
HPHT :
menyingkirkan kehamilan
Fluor albus : (+)
7.
Riwayat Obstetri
Polip sering terjadi pada paritas rendah
8.
Riwayat KB
lbu pernah menggunakan KB hormonal dengan kadar estrogen yang
tinggi
9.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi :
-
Eliminasi : konstipasi / obstipasi
Aktivitas : -
Isfirahat : -
Personal hygine : -
Aktivitas seksual : menurun
(dyspareuni)
B.
Data Objektif
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : DBN
Nadi : tachicardi (>80x/menit)
Suhu : dBN
RR : Meningkat (>24x/menit)
2.
Pemeriksaan Fisik
Wajah :
tampak pucat
Mata :
sklera putih, konjungtiva pucat
Abdomen
: pada pemeriksaan paipasi teraba massa di atas supra pubis
Genital : bercak darah (+), Fluor albus (+)
3.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bimanual : teraba massa di daerah portio
Pemeriksaan Inspekulo : polip tampak kemerahan di portio
Pemeriksaan USG : tampak gambaran polip bertangkai
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH
Diagaosa : ibu P........... dengan Polip Cerviks
DS : ibu mengatakan
mengalami perdarahan bercak di luar siklus haid, perdarahan banyak pada saat
haid dan mengalami perdarahan setelah bersenggama
DO : Tekanan darah :
DBN
Nadi : tachicardi(>80x/menit)
Suhu : dBN
RR :
meningkat (>24x/menit)
Wajah :
tampak pucat
Mata :
sklera putih, konjungtiva pucat
Abdomen : pada pemeriksaan palpasi teraba massa di atas supra pubis
Genital : bercak darah (+), Fluor albus (+)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bimanual :
teraba massa di daerah portio
Pemeriksaan Inspekulo :
polip tampak kemerahan di portio
Pemeriksaan USG : tampak
gambaran polip bertangkai
Hb :
bila ibu tampak anemia
Masalah : ibu merasa cemas
DS : ibu mengatakan cemas
dengan keadaannya saat ini
Do :
Nadi : cepat
III.
ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
-
Tumor ganas
-
Anemia
-
Syok neurogenik
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
Pengangkatan polip
V.
INTERVENSI
1. Jelaskan kepada ibu tentang keadaannya
Rasional : Pengetahuan
ibu meningkatkan dan ibu kooperatif dengan
tindakan yang akan dilakukan
2.
Berikan pengertian
pada ibu dan suami tentang keadaan ibu
dalam hal pemenuhan kebutuhan psikoseksual (ibu mengatami dyspareuni)
Rasional : menjaga keharmonisan keluarga
3. Kolaborasi dengan dokter
dalam hal penatalaksanaan polip
Rasional : tugas interdependen dalam menangani kasus giekologi
4. Kolaborasi dengan dokter
dalam pengangkatan polip cerviks
Rasional : pengangkatan massa
polip dan mencegah terjadinya keganasan
5. Berikan dukungan mental spiritual kepada ibu
Rasional : mengurangi kecemasan
ibu dan ibu lebih siap datam pelaksanaan terapi
6. Lakukan tranfusi darah,pemberian infus(bila terjadi anemia)
Rasional : memperbaiki KU ibu
VI. IMPLEMENTASI
Sesuai
intervensi
VII.EVALUASI
S : ibu mengatakan mengerti dg penjelasan yang
diberikan dan bersedia dilakukan
tindakan pengangkatan polip
O : Keadaan
umum : baik
Tekanan darah : dBN
Nadi :
tachikardi(>80x/menit)
Suhu : dBN
RR : meningkat(>24x/menit)
A : ibu P…… post pengangkatan polip
P : -rencana tindakan ekstirpasi
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.
Gary. 2005, Obstetri Wiliams. Jakarta
: EGC.
Duenhoelley,
Johann. 1998. Ginekologi Grenhill.
Jakarta: EGG
Kumala, Poppy dkk. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta EGG
Winkjosastro, Hanifa 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta
Kedokteran Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Posting Komentar
Beri komentar bijak Anda kepada kami...!!!