KETUBAN PECAH DINI
( PRELABOR RUPTURE OF
MEMBRANES )
BATASAN:
Adalah pecahnya
kulit ketuban secara spontan sebelum timbulnya tanda-tanda persalinan. Dapat
terjadi setiap saat dalam kehamilan. Yang dimaksud dengan periode laten adalah
interval antara pecahnya ketuban dengan onset persalinan. Lamanya periode laten
bervariasi, berbanding terbalik dengan usia kehamilan.
ETIOLOGI :
Penyebab ketuban
pecah dini adalah:
1.
Idiopatik.
2.
Infeksi.
3.
Polihidramnion.
4.
Serviks inkompetens.
5.
Abnormalitas uterus.
6.
Akibat servikal sirklase atau
amniosentesis.
7.
Trauma.
DIAGNOSIS:
Pemeriksaan
vaginal sebaiknya dihindari, oleh karena meningkatkan risiko infeksi asenden.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan speculum secara steril, akan
didapatkan :
1.
Terlihat keluarnya amnion
melalui canalis servikalis pada pemeriksaan inspekulo.
2.
Nitrazine test memberikan hasil
positif (Hasil false positif sekitar 25%;
hasil false positif dapat disebabkan oleh kontaminasi darah atau cairan
seminalis).
3.
Gambaran ferning pada
pemeriksaan cairan amnion dengan mikroskop (Tidak selalu dikerjakan).
4.
Gambaran oligohidramnion pada
USG sangat mendukung diagnosis, apabila terdapat riwayat keluar cairan dari
vagina.
DIAGNOSIS BANDING:
1.
Cairan dalam vagina, dapat
fluor albus atau urine.
2.
Hind water dan fore water
rupture of the membarane.
PENGELOLAAN:
Pengelolaan
ketuban pecah dini yang terjadi pada usia kehamilan berapapun diperlukan:
1.
Konfirmasi / penentuan
diagnosis yang akurat.
2.
Penilaian kondisi ibu hamil dan
kesejahteraan janin.
3.
Penilaian adanya kondisi /
keadaan lain yang memerlukan penanganan segera atau keadaan yang memerlukan
persalinan segera.
4.
Penilaian kondisi serviks,
meskipun bila mungkin pemeriksaan vaginal (VT) dihindarkan, hal ini terutama
pada kehamilan preterm, atau pada ketuban pecah dini pada kehamilan aterm yang
memilih pengelolaan konservatif.
5.
Peningkatan temperature menjadi
38,50 C atau takikardia pada ibu atau janin.
Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm ( > 37 minggu ):
Pada penelitian,
pengelolaan kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini, apakah segera melakukan
induksi persalinan atau konservatif yang dipilih tidak ditemukan perbedaan
outcome. Apabila setelah 6 – 12 jam tidak terjadi persalinan lebih baik
dilakukan induksi persalinan. Akan tetapi pilihan penderita perlu diperhatikan.
1.
Hindari pemeriksaan vaginal /
VT (apabila mungkin; terutama jika memilih pengelolaan konservatif).
2.
Antibiotika profilaksis. Dapat
diberikan injeksi Ampicillin 2 gram kemudian diberikan setiap 6 jam atau
Clindamycin 300 mg setiap 8 jam.
3.
Induksi persalinan atau
pengelolaan ekspektatif tergantung kondisi penderita atau pilihan pasien.
Rekomendasi klinis:
Pada pasien dengan KPD pada kehamilan aterm,
direkomendasikan induksi persalinan. Induksi persalinan harus sudah dilakukan
dalam 6 – 12 jam KPD, jika mungkin dilakukan lebih awal. Oksitosin lebih aman
pada usia kehamilan aterm dengan KPD.
Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan < 37
minggu:
Pada usia
kehamilan ini, pilihan induksi persalinan atau pengelolaann ekspektatif sangat
dipengaruhi kemampuan unit perawatan, terutama perawatan neonatus. Apabila usia
kehamilan kurang dari 34 minggu lebih baik dikelola secara konservatif, kecuali
jika terdapat tanda korioamnionitis.
Pada prinsipnya
pengelolaan pada usia kehamilan ini adalah:
1.
Hindari pemeriksaan vaginal.
2.
Pemberian antenatal kortikosteroid:
betametason 12 mg IM setiap 12 jam (dua kali pemberian) atau deksametason 5 mg
IM setiap 6 jam (empat kali pemberian). Kortikosteroid tidak boleh diberikan
apabila terdapat infeksi.
3.
Pemberian antibiotika
profilaksis : Injeksi Ampicillin 2 gram dan eritromisin 250 mg keduanya secara IV setiap 6 jam untuk 48 jam,
kemudian diikuti pemberian secara oral 5 hari lagi dapat memperbaiki luaran
neonatal. Apabila terdapat tanda korioamnionitis,
berikan spectrum antibiotika yang lebih luas. Pada klinikal korioamninitis dapat diberikan Ampicilin 2 gram IV setiap 6
jam, ditambah Gentamisin 1,5 mg / kg BB diberikan IV setiap 8 jam.
4.
Pemberian tokolitik untuk
menghentikan kontraksi uterus: Drip Terbutaline (BricasmaR) 1 ampul
dalam D5% mulai 10 tetes/menit. Boleh dinaikkan setiap 30 menit 10 tetes/menit
sampai maksimal 40 tetes/menit atau ditemukan tanda-tanda: Nadi > 120
x/menit, Tekanan darah sistolik < 90 mmHg, atau ibu mengeluh berdebar-debar. Bila kontraksi
stop: pertahankan tetesan sampai minimal 12 jam setelah kontraksi hilang.
Maintenance dapat diberikan secara per oral.
5.
Pengawasan penderita, terutama
apabila terdapat tanda-tanda infeksi. (Monitor terhadap: Nadi ibu, temperature
rektal ibu, denyut jantung janin, adanya nyeri tekan uterus, PPV berbau,
Lekositosis).
6.
Apabila pengelolaan konservatif
berhasil, usia kehamilan kurang dari 34 minggu penderita boleh rawat jalan
dengan pesan: apabila demam atau keluar cairan lagi kembali ke rumah sakit,
tidak boleh coitus, tidak boleh manipulasi vaginal.
7.
Apabila penderita tidak
menghendaki pengelolaan konservatif, berikan informed consent yang jelas (risiko terhadap bayi yang lahir,
risiko kegagalan tindakan,dsb), kemudian lakukan induksi persalinan sesuai
protap yang ada.
KOMPLIKASI:
Komplikasi ketuban
pecah dini pada kehamilan aterm:
1.
Infeksi pada janin/neonatus.
2.
Infeksi pada ibu.
3.
Kompresi / prolapsus tali
pusat.
4.
Kegagalan induksi persalinan.
Komplikasi
ketuban pecah dini pada kehamilan preterm:
1.
Persalinan preterm.
2.
Infeksi pada janin/neonatus.
3.
Infeksi pada ibu.
4.
Kompresi / prolapsus tali
pusat.
5.
Kegagalan induksi persalinan.
6.
Hipoplasia pulmonalis.
7.
Deformitas pada janin.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Saifuddin AB, Rachimhadi T. Buku acuan
nasional: Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Ed.1. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2001.
2.
Anonim. Alarm International: A
program to reduce maternal mortality and morbidity. Jakarta, 2003.
3.
Leveno K.J; Cunningham F.G;
Alexander J.M; et al. Williams Manual of obstetrics pregnancy complications. 22nd
Ed. Preterm ruptured membranes. McGraw Hill, 2007.
4.
Myers VS.
Premature rupture of membranes at or near term. In: Berghella V. Obstetric
evidence based guidelines. Series in maternal fetal medicine. Informa
heathcare. Informa UK Ltd, 2007.
5.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom
SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Premature Birth. In: Williams Obstetric. 23rd
Ed. McGrawHill Medical, New York, 2010.
6.
Bergehella V.
Prevention of preterm burth. In: Berghella V. Obstetric evidence based
guidelines. Series in maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa UK
Ltd, 2007.
7.
Locatelli A,
Andreani M, Vergani P. Preterm premature rupture of membranes (PPROM). In:
Berghella V. Obstetric evidence based guidelines. Series in maternal fetal
medicine. Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007.